Minggu, 25 Oktober 2015

Laporan Kasus Ibu Nifas

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL
NY. B UMUR 25 TAHUN P1 A0 AH1 2 JAM POST PARTUM
DI PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2014



Disusun oleh :
WIJI OKTANASARI
201310104281







PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
‘ AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2014

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL
NY. B UMUR 25 TAHUN P1 A0 AH1 2 JAM POST PARTUM
DI PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2014








                                                                                                Yogyakarta,                Mei 2014

            Pembimbing Lahan                                                                             Mahasiswa


              ( Nastiti, S.ST. )                                                                           ( Wiji Oktanasari )



                                                                        Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan


                                                      ( Mei Muhartati, S.SiT., M.Kes. )


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
Menurut data  World Health Organization (WHO) tahun 2012, sebanyak 99 % kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO, 81%  angka kematian ibu (AKI) akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post partum (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id).
Angka kematian ibu di Jawa Tengah adalah 252 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dua kali lipat lebih tinggi dari target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup (Rukiyah, 2011). Menurut Manuaba (2010), penyebab kematian maternitas terbanyak adalah perdarahan (40-60%), eklampsia (20-30%) dan infeksi (15-30%). Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dengan demikian asuhan pada masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, telah memberikan kebijakan sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas yaitu paling sedikit 4x kunjungan pada masa nifas, yaitu kunjungan pertama 6-8 jam post patum, kunjungan kedua 6 hari post patum, kunjungan ketiga 2 minggu post partum, dan kunjungan keempat 6 minggu post partum (Saleha, 2009).
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu 1 jam setelah melahirkan oleh karena itu penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama kala II dan kala IV persalinan sangat penting. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu setelah melahirkan. Upaya yang lebih penting adalah dengan memeriksa ibu secara berkala dan lebih sering selama kala IV dan menilai kehilangan darahnya dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus uterus.
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena itu penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan. Jika tanda vital dan tonus uterus masih dalam batas normal selama 2 jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan pasca persalinan (Sulistyawati, 2009).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 tahun P1 A0 AH1 2 Jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.

B.     Ruang Lingkup
1.      Ruang Lingkup Materi
Materi dalam laporan studi kasus ini adalah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal.
2.      Ruang Lingkup Sasaran
Sasaran dalam laporan studi kasus ini adalah satu orang ibu nifas yaitu Ny. B umur  25 tahun P1 A0 AH1 dalam masa nifas normal.
3.      Ruang Lingkup Tempat
Tempat dalam laporan studi kasus ini adalah Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta.
4.      Ruang Lingkup Waktu
Waktu yang digunakan dalam laporan studi kasus ini adalah tanggal 2 Mei- 16 Mei 2014.

C.    Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny.  B Umur 25 Tahun P1 A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.

2.      Tujuan Khusus
a.       Dapat melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 Tahun P1 A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.
b.      Dapat melakukan interprestasi data untuk menegakkan diagnosa masalah serta kebutuhan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 Tahun P1 A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.
c.       Dapat melaksanakan tindakan sesuai perencanaan terhadap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 Tahun P1 A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.
d.      Dapat melakukan evaluasi Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 Tahun P1 A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.

D.    Manfaat
1.      Bagi Ilmu Pengetahuan (scienteific)
Laporan studi kasus ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kebidanan tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas normal.
2.      Bagi Pengguna (consumer)
a.       Institusi STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
Laporan studi kasus ini dapat menambah kepustakaan bagi mahasiswa dan dosen, sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas normal.
b.      Lahan Praktek
Diharapkan laporan studi kasus ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan pelayanan kebidanan pada ibu nifas.
c.       Pasien / Klien
Untuk meningkatkan pengetahuan pasien / klien tentang nifas khusus nya mengenai pengetahuan dan perawatan pada masa setelah melahirkan.
d.      Penulis
Menambah pengetahuan, wawasan, dan aplikasi nyata dalam praktik kebidanan dari ilmu yang didapat selama kuliah mengenai manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas normal sesuai dengan prosedur yang benar.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Tinjauan Pustaka
1.      Pengertian
Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keaadaan sebelum hamil (Saleha,2009).
Masa nifas atau puerpurium di mulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta samapai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Prawihardjo,2008).
Masa nifas atau purpureum di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) (Vivian,2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yang berlangsung kurang lebih 6 minggu.

2.      Tujuan Perawatan Masa Post Partum
a.       Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis .
b.      Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c.       Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat.
d.      Memberikan pelayanan KB.

3.      Tahapan masa nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
a)      Puerpurium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu dibolehkan untuk berdiri dan berjalan -  jalan.
b)      Puerpurium intermediet
Yaitu kepulihan dari organ – organ reproduksi selama kurang lebih 6 minggu.
c)      Remote puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu waktu hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

4.      Perubahan-Perubahan Yang Terjadi
a.       Involusi rahim
Setelah 2 hari uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 uterus tidak teraba lagi dari luar.

Tabel 2.1. Involusi Uterus


Involusi


TFU

Berat Uterus
(gr)
Diameter bekas melekat Plasenta

Keadaan Serviks
Bayi Lahir
Setinggi Pusat
1000
Uri Lahir
2 Jari di bawah Pusat
750
12,5
Lembek
Satu minggu
Pertengahan pusat- sympisis
500
7,5
Beberapa hari setelah post partum dapat di lalui 2 jari akhir minggu pertama dapat di masuki 1 jari
Dua minggu
Tak teraba di atas sympisis
350
3-4
Enam minggu
Bertabah Kecil
50-60
1-2
Delapan minggu
Sebesar normal
30

b.      Involusi tempat placenta
Mengecil dengan cepat pada akhir minggu ke-2 yaitu 3-4 cm dan pada akhir masa nifas 1 – 2  cm.
c.       Pembuluh darah rahim
Setelah persalinan pembuluh-pembuluh darah akan mengecil kembali karena darah yang diperlukan tidak sebanyak waktu hamil.
d.      Servik dan vagina
Beberapa hari stelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis serfikalis. Pada servik terbentuk sel-sel otot baru, pada minggu ketiga post partum rugae kembali nampak, luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
e.       Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, namun berangsur-angsur akan pulih kembali dalam 6 minggu.
f.       Saluran kencing
Dapat terjadi udem, dan hyperemia, pada masa nifas (puerperium) kandung kemih kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing masih terdapat urine residual. Sisa urine dan trauma kandung kemih waktu persalinan akan memudahkan terjadinya infeksi.
g.      Laktasi
      Keadaan buah dada / payudara 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan kolostrum. Mulai 3 hari post partum buah dada membesar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat, keluarlah cairan putih dari puting susu.
h.      Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam nifas. Macam-macam lochea :
1)      Lochea rubra (hari 1 - 4)
Jumlahnya sedang, berwarna merah dan terutama darah.
2)      Lochea serosa (hari 4 – 8)
Jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda (hemoserosa)
3)      Lochea alba (hari 8 – 14)
Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna
4)      Lochea purulenta
Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk.
i.        Perubahan-perubahan penting lainya
1)      Hemokonsentrasi
            Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan shunt akan hilang secara tiba-tiba, sehingga volume darah ibu relatif akan bertambah dan dapat menimbulkan beban pada jantung sehingga dapat menimbulkan decompensasi cordis. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi timbulnya hemokonsentrassi. Hal ini terjadi pada hari ke 3 sampai 15 hari post partum.
2)      Laktasi
            Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar mamae, perubahan pada kedua mammae antara lain :
a.         Proliferasi jaringan, terutama kelenjar – kelenjar dan alveolus mammae dan lemak.
b.        Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum).
c.         Hipervaskularisasi, terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mammae.
d.        Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofise hilang dan berpengaruh timbulnya hormon laktogenic (prolaktin), sehingga mammae yang terlah dipersiapkan terpengaruhi dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air susu yang berlangsung pada hari 2-3 post partum.

5.      Adaptasi Psikologis Pada Post Partum
Menurut Rubin, fase adaptasi ibu meliputi :
1.    Taking In (hari ke 1-2)
a.    Dependent
b.    Pasif
c.    Fokus pada diri sendiri
d.   Perlu tidur dan makan
2.    Taking Hold (hari ke 3-4)
a.    Ketergantungan mulai berkurang
b.    Fokus melibatkan bayi
c.    Melakukan perawatan diri sendiri
d.   Waktu yang baik untuk penyuluhan
e.    Dapat menerima tanggungjawab
3.    Letting Go
a.    Independence pada peran yang baru.
b.    Letting go terjadi pada hari-hari terakhir pad minggu pertama persalinan.
4.    Adaptasi psikologis ayah
a)    Respon ayah
1)      Bangga dan takut memegang bayi.
2)      Diekspresikan secara berbeda-beda, dekat dengan keluarga, mengadakan pesta dengan teman-teman.
3)      Pada waktu immediately ; kelihatan lelah dan mengantuk.
4)      Bila ada komplikasi bayi, maka ayah akan mencari informasi untuk ibu dalam merawat bayinya.
b)   Psikologis ayah
   Tergantung keterlibatan selama proses kelahiran berlangsung. Biasanya ayah merasa lelah dan ingin selalu dekat dengan istri dan anaknya.
c)    Psikologi keluarga
   Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga menimbulkan adanya perubahan-perubahan peran dan hubungan di dalam keluarga tersebut.

6.      Masalah Psikologis Yang Sering Terjadi
Kehamilan, kelahiran dan perubahan menjadi orang tua menyebabkan terjadinya keadaan krisis yang membutuhkan adaptasi, apabila adaptasi tersebut tidak berhasil, maka wanita tersebut akan mengalami depresi. Masalah kesehatan jiwa yang sering dialami wanita yaitu :
a.    Post Partum Blues
Merupakan depresi pada masa kehamilan, relative rendah namun meningkat dalam 12 bulan pertama setelah melahirkan.
Umumnya gejala terjadi antara hari ke 3 sampai hari ke 10, seperti menangis, sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Berakhir dalam 24 – 48 jam. Ada korelasi positif dengan riwayat ketegangan sebelum menstruasi dan keadaan hormonal yang tidak stabil.
b.    Depresi Post Partum
Sama dengan gejala depresi yang dialami dalam kehidupan pada waktu lain. Gejala umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai bayi berusia 1 tahun. Kemungkinan penyebabnya biologis, psikososial & sosial.
Dialami sekitar 20% ibu post partum. Ada korelasi positif dengan : BBL bayi rendah, masalah perilaku, keluhan somatik, pola pertumbuhan buruk. Akibatnya bisa menimpa ibu maupun anak & dapat terus terjadi sampai tahun kedua setelah kelahiran
c.    Post Partum Psikosis
Jarang terjadi, gejala terlihat dalam 3 – 4 minggu setelah melahirkan. Gejala seperti delusi dan halusinasi, penyebab pasti belum diketahui. Hal ini biasanya dialami oleh ibu yang mengalami keguguran atau kematian bayi dalam kandungan/setelah dilahirkan.

7.      Kebutuhan Masa Nifas
a.    Kebersihan diri
1)        Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2)        Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa klien mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
3)        Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
4)        Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5)        Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

b.   Ambulasi dini
Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin untuk membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum ( Saleha,2010).
Keuntungan early ambulation adalah :
1)   Merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat
2)   Faal usus dan kandung kecing lebih baik
3)   Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya, memandikan dan lain-lain selama ibu masih dalam perawatan.
4)   Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis) Menurut penelitian-penelitain yang seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomy atau luka diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.

c.    Eliminasi
1)        Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan:
a)   Dirangsang dengan mengalirkan air kran didekat dengan klien
b)   Mengompres air hangat diatas simpisis
c)   Saat site bath (berendam air hangat)klien disuruh BAK. bila tidak berhasil dengan cara diatas maka dilakukan katerisasi. Karna prosedur katerisasi membuat klien tidak nyaman dan infeksi saluran kencing tinggi untuk itu kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 2 hari postpartum. Douwer kateter diganti setelah 48 jam.
2)        Defekasi
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga bisa buang besar maka diberi laksan supositoria dan minum air hangat (Vivian,2009). Agar dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan:
a)        Diit teratur
b)        Pemberian cairan yang banyak
c)        Ambulasi yang baik

d.   Istirahat
1)      Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan.
2)      Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
3)      Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam:
a)        Mengurangi jumlah asi yang diproduksi.
b)        Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan .
c)        Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

e.    Latihan Senam Nifas
1)      Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada panggul.
2)      Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

f.     Gizi
1)      Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2)      Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
3)      Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui.
4)      Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari post partum.
5)      Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayi melalui air asinya.

g.    Perawatan payudara
1)      Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu.
2)      Menggunakan Bra yang menyokong payudara.
3)      Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
4)      Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.
5)      Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet.
6)      Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi tangan untuk mengurut payudara.
7)      Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
8)      Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.
9)      Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

h.   Hubungan Seksual
1)        Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
2)        Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai pada masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.


8.      Kebijakan program nasional masa nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
a.       Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b.      Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan – kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.
c.       Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
d.      Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menggangu kesehatan ibu nifas maupun bayinya. (Yanti, 2011)






Tabel 2.2. Program dan kebijakan tekhis masa nifas
Kunjungan
Waktu
Tujuan
1
6-8 jam setelah persalinan
a.   Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas
b.   Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut
c.   Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d.   Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu
e.   Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f.   Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2
6 hari setelah persalinan
a.   Memastikan involusi uteri berjalan normal,uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal,dan tidak ada bau
b.   Menilai adanya tanda-tanda demam,infeksi atau kelainan pasca melahirkan
c.   Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan,dan istirahat
d.   Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit
e.    Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,cara merawat tali pusat,dan menjaga bayi agar tetap hangat
3
2 minggu setelah persalinan
Sama seperti di atas (enam hari setelah persalinan)
4
6 minggu setelah persalinan
a.   Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang di alami atau bayinya
b.   Memberikan konseling untuk KB secara dini

9.      Peran Bidan Pada masa nifas
a.       Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.
b.      Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.
c.       Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara rasa nyaman (Saleha,2009).


B.     PATHWAYS
post partum
Letting go phase
Kehadiran anggota baru
Estrogen & Progesteron menurun
Oksitosin meningkat
Prolaktin
 meningkat
cemas
perubahan
pola peran
Isapan bayi
tidak adekuat
Isapan bayi
adekuat
Pembendungan ASI
Oksitosin meningkat
Involusi uterus
Kontraksi
uterus lambat
Atonia uteri
perdarahan
Kontraksi uterus
Pelepasan jaringan endometrium
Laserasi jalan lahir
Servik & vagina
HAMIL
Persalinan normal
 








Resiko infeksi
Lokhea
keluar
                                                           
Payudara bengkak
Duktus & alveoli kontraksi
efektif
Tidak efektif
ASI keluar
ASI tidak keluar
 






Gambar 1. Pathways Perubahan pada Masa Nifas Normal


C.    MIND MAP KASUS

Pemantauan kala IV

Pemantauan TTV
Pemantauan perdarahan
Pemantauan KU
Pemantauan Kontraksi Uterus
Pemantauan Kandung Kemih
Pemantauan TFU
 














MASA NIFAS NORMAL
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi

Pasien pulang
Pemulihan dan pengawasan 24 jam pasca persalinan
Pemantauan tanda  - tanda infeksi
 


















Gambar 2. Mind Map Kasus Ibu Nifas Normal
D.    MIND MAP TEORI

Masa Nifas Normal
Tujuan Masa Nifas
Pengertian Masa Nifas
Tahapan Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah
Kebutuhan Masa Nifas
Masalah Psikologis
Adaptasi Psikologis
Perubahan Masa Nifas
1.    Taking In
2.    Taking Hold
3.    Letting Go
1.    Post Partum Blues
2.    Depresi Post Partum
3.    Post Partum Psikosis
1.    Kebersihan Diri
2.    Ambulansi Dini
3.    Eliminasi
4.    Istirahat
5.    Gizi
6.    Perawatan Payudara
7.    Senam Nifas
8.    Hubungan Seksual
1.    Puerpurium Dini
2.    Puerpurium Intermedial
3.    Remote Puerpurium

Peran Bidan
1.    Involusi Rahim
2.    Involusi tempat plasenta
3.    Pembuluh darah rahim
4.    Serviks & Vagina
5.    Saluran Kencing
6.    Lochea
7.    Laktasi
KF1 (6-8 jam)
KF2 (6 hari)
KF3 (2 minggu)
KF4 (6 minggu)

 






















Gambar 3. Mind Map Teori Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Normal
BAB III
KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL
NY. B UMUR 25 TAHUN P1 A0 AH1 2 JAM POST PARTUM
DI PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA

Pengkajian
Tanggal           : 10 Mei 2014
Jam                              : 18.40 WIB
Tempat            : Puskesmas Jetis
Ruang                          : Bangsal Nifas
Oleh                            : Wiji Oktanasari

A.    Data Subjektif
1.      Identitas
                                                 Istri                                        Suami
Nama                      : Ny. B                                         Tn. S
Umur                      25 Tahun                                    27 Tahun
Agama                    : Islam                                          Islam
Suku/bangsa           : Jawa/Indonesia                          Jawa/Indonesia
Pendidikan             : SMA                                          SMA
Pekerjaan                : IRT                                            Swasta
Alamat                    : Jogoyudan                                 Jogoyudan
2.      Alasan Datang         : Ibu mengatakan ingin melakukan pemeriksaan lanjutan 2 jam setelah melahirkan.
3.      Keluhan Utama        : Ibu mengatakan masih terasa mules pada perutnya dan perih pada luka jahitan.
4.      Riwayat Menstruasi
Menarche 12 tahun, siklus 28 hari, teratur, Lama 6 – 8 hari, volume 3-4 kali ganti pembalut/hari, warna merah segar, bau khas darah yaitu amis, keluhan nyeri pinggang saat haid. HPHT :  6 Agustus 2013, HPL : 13 Mei 2014.
5.      Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan menikah 1 kali, lama menikah 1 tahun, pernikahan syah menurut hukum dan agama.
6.      Riwayat Obstetri
P1 A0 AH1
7.      Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan, persalinan, dan nifas yang pertama
8.      Riwayat persalinan ini
Tanggal persalinan      : 10 Mei 2014
Tempat persalinan       : Puskesmas Jetis
Jam                              : 16.40 WIB
Jenis persalinan                       : Normal spontan
Penolong                     : Bidan dan Dokter
Keadaan Plasenta        : Lahir spontan
Robekan jalan lahir     : Ada
Komplikasi                  : Tidak ada
9.      Keadaan Bayi Baru Lahir
Lahir tanggal/jam        : 16.40 WIB
BB / PB lahir               : 3400 gram / 48 cm
Jenis Kelamin              : Perempuan
10.  Riwayat Kesehatan
a.       Sekarang   : Ibu mengatakan saat ini dalam kondisi baik
b.      Yang Lalu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita sakit yang lama seperti DM, hipertensi, jantung, penyakit menular lainnya.
c.       Keluarga    : Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita sakit baiyang menular maupun menurun seperti DM, hipertensi, jantung, HIV / AIDS.
11.  Riwayat KB           
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
12.  Pola kebutuhan sehari – hari
a.    Nutrisi
Selama hamil : Ibu makan 3 kali sehari, 1 porsi dengan menu nasi, lauk, sayur. Setiap hari ibu minum air putih 7 – 8 gelas ditambah dengan susu 2 gelas.
Selama Nifas  : Ibu mengatakan baru makan 1 kali, 1 porsi dengan menu nasi, lauk, sayur, minum air putih dan teh.
b.    Pola eliminasi
Selama hamil: Ibu BAB 1 kali sehari dengan warna kuning     kecoklatan, konsistensi lembek, warna khas, setiap hari ibu BAK 5 – 6 kali dengan warna kuning jernih dan berbau khas amoniak.
Selama Nifas    :Ibu mengatakan belum BAK dan BAB, keluhan merasa takut jahitannya lepas jika jongkok.
c.     Pola istirahat
Selama hamil   : Ibu mengatakan tidur malam 6 – 7 jam, tidur  siang 1 – 2 jam.
Selama  Nifas   : Ibu mengatakan belum tidur setelah 2 jam melahirkan.
d.      Personal hygiene
Selama hamil     : Ibu mandi 2 kali sehari, sering mengganti celana dalam saat lembab, ganti baju 2 kali sehari.
Selama Nifas       : Ibu mengatakan belum mandi.
e.       Pola sexsual
Selama hamil         : Ibu mengatakan selama hamil jarang melakukan hubungan seksual, 1-2 kali seminggu.
Selama Nifas         : Ibu mengatakan belum melakukan hubungan seksual.
13.  Riwayat psikososiospiritual
Ibu mengatakan orang terdekat adalah suami, tinggal berdua dengan suami, ibu dan suami menjalankan shalat 5 waktu dan selalu berdoa untuk kesehatan ibu dan anak, perasaan ibu dan keluarga saat ini sangat bahagia, tanggapan suami dan keluarga baik, rencana ASI eksklusif dan merawat bayinya sendiri.

14.  Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
Ibu mengatakan tidak merorok, suami juga tidak merorok, tidak minum-minuman beralkohol, tidak minum jamu-jamuan, tidak memiliki binatang peliharaan dirumah.

B.  Data Objektif
1.    Pemeriksaan Umum Ibu
Keadaan umum             : Baik
Kesadaran                      : Compos Mentis
Keadaan emosional       : Stabil
Tanda – tanda vital
Tekanan Darah            : 110 / 70 mmHg
Pernafasan                   : 22 kali / menit
Nadi                            : 84 kali / menit
Suhu                            : 36,80C
            Antopometri
                        Tinggi Badan  : 158 cm
BB saat hamil  : 55 kg
                        BB setelah melahirkan            : 49 kg
                        LILA               : 24 cm

2.    Pemeriksaan Fisik Ibu
a.    Kepala           : Rambut hitam, tidak ada ketombe, tidak ada benjolan.
b.    Wajah            : Simetris, tidak ada edema, tidak pucat. 
c.    Mata              : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.
d.   Hidung          : Simetris, bersih.                      
e.    Mulut & Gigi: Simetris, bersih, tidak ada sariawan, tidak ada karies gigi.
f.     Telinga          : Simetris, bersih.
g.    Leher             : Tidak ada pembesaran kelenjar lymfe dan tyroid, tidak ada pelebaran vena jugularis.
h.    Payudara       : Simetris, puting susu menonjol, areola hiperpigmentasi, tidak ada benjolan, belum ada pengeluaran ASI.
i.      Abdomen      : Tidak ada bekas luka, kontraksi uterus keras, TFU 3 jari dibawah pusat.
j.      Ekstremitas   : Simetris, tidak ada keterbatasan gerak, tidak ada edema atau varices, reflek pattela kaki kanan kiri positif.
k.    Genetalia       : Tidak ada edema, tidak ada varices, ada luka jahitan, pengeluaran lochea rubra, tidak ada tanda-tanda infeksi.
l.      Anus             : Tidak ada hemorhoid.

3.    Pemeriksaan Fisik Bayi
a.    Keadaan Umum        : Baik
b.    Tanda Vital
               Nadi                : 124 x/menit
               Pernafasan       : 40 x/menit
               Suhu                : 37 0C
c.    Antropometri
               BB       : 3400 gram                                         PB       : 48 cm
               LK       : 34 cm                        LD       : 33 cm                        LILA   : 11 cm
d.   Kepala           : Simetris, tidak ada sephal hematom, tidak ada caput succadenium.
e.    Ubun-ubun    : Simetris, tidak ada cekungan atau penonjolan.
f.     Wajah            : Simetris, tidak ada tanda down syndrome.
g.    Mata              : Simetris, tidak ada tanda infeksi.
h.    Hidung          : Simetris.
i.      Mulut                        : Simetris, tidak ada labia skisis, tidak ada palato skisis.
j.      Telinga          : Simetris
k.    Leher             : Tidak ada pembengkakan, tidak ada kaku leher.
l.      Dada             : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
m.  Abdomen      : Simetris, tali pusat belum kering, tidak ada infeksi, tidak ada perdarahan tali pusat.
n.    Genetalia       : Labia mayor menutupi labia minor, uretra berlubang.
o.    Ekstremitas   : Simetris, jumlah jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada keterbatasan gerak.
p.    Anus             : Berlubang.
q.    Punggung      : Tidak ada spina bifida.
r.     Pemeriksaan Reflek Bayi
1)   Reflek Burning    : Pupil bayi mengikuti pergerakan sumber cahaya.
2)   Reflek Moro         : Bayi merentangkan kedua tangan dan kedua kakinya kemudian menutup lagi
3)   Reflek Rooting    : Kepala bayi berusaha mencari sumber sentuhan dan berusaha membuka mulutnya.
4)   Reflek Sucking    : Bayi menghisap dengan baik.
5)   Reflek Swallowing          : Bayi menelan tanpa tersedak.
6)   Reflek Tonick Neck         : Bayi berusaha seolah-olah mengangkat kepala.
7)   Reflek Babinski   : Jari-jari kaki bayi hiperekstensi atau meregang seperti kipas.
8)   Reflek Palmar      : Jari-jari tangan bayi berusaha untuk menggenggam.

C.  Data Penunjang
1.    Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan
2.    Catatan Medik Lainnya
a)    Ibu
Masa gestasi              : 39 +4 minggu
Plasenta                     : lahir spontan lengkap
Lama Persalinan        Kala I                          :  11 jam 40 menit
Kala II                         : 35 menit
Kala III                       : 5 menit         
Kala IV                       : 2 jam
Total lama persalinan 14 jam 20 menit
Perdarahan                Kala I              20 cc
                                       Kala II             100 cc
                                       Kala III           50 cc
                                       Kala IV           50 cc
Total perdarahan 220 cc
Perineum       : Ada Laserasi Derajat II
Tindakan       : Dilakukan penjahitan dengan menggunakan anastesi Lidocain.
b)   Bayi
Apgar Skore  :
Kriteria                                  1 menit                        5 menit                        10 menit
Usaha nafas                          1                                  1                                  2
Reflek                                   1                                  1                                  1
Tonus otot                             1                                  2                                  2
Denyut jantung                     2                                  2                                  2
Warna kulit                           2                                  2                                  2
          Total                            7                                  8                                  9
Kelainan / cacat bawaan       : tidak ada

ANALISA
Ny. B umur 24 tahun P1 A0 AH1 dalam masa nifas normal 2 jam post partum.


PENATALAKSANAAN
Tanggal           : 10 Mei 2014                                                              Jam      : 18.30 WIB
1.    Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan bayi dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan merasa senang.
2.    Mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu. Keadaan Umum baik, Tekanan Darah 110/70mmhg, Nadi 84x/menit, Suhu 36,80C, Respirasi 22 x/menit.
3.    Mengobservasi eliminasi ibu. Ibu belum BAK dan BAB BAB.
4.    Mengobservasi tanda-tanda infeksi. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
5.    Memberitahu ibu bahwa mules yang dirasakannya adalah fisiologis/normal dan menjelaskan pada ibu bahwa rasa mules tersebut disebabkan kontraksi rahim dalam proses pengembalian rahim seperti semula. Ibu mengerti dan tidak merasa khawatir lagi.
6.    Mengajari ibu untuk melakukan mobilisasi dini, yaitu dengan istirahat, tidur terlentang, selama 1 jam pasca persalinan, miring ke kanan, miring ke kiri, untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
7.    Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya pada ibu nifas yaitu demam tinggi, tekanan darah tinggi, pusing hebat, perdarahan banyak, luka jahitan berbau. Ibu mengerti tanda bahaya pada ibu nifas.
8.    Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisinya agar kondisi cepat pulih dan tidak lemas. Ibu bersedia untuk makan dan minum.
9.    Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu mengerti dan bersedia istirahat.
10.    Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan hygine yaitu sesering mungkin mengganti pembalut untuk menghindari terjadinya infeksi dan melakukan perawatan pada luka jahitan. Ibu bersedia melakukan sesuai anjuran.
11.    Memberikan ibu KIE KB pasca salin yaitu IUD yang dapat dilakukan pemasangan 2 x 24 jam post partum. Ibu belum bersedia untuk KB.
12.    Memberikan ibu terapi obat Amoxcilin 500mg 3x1, Asam Mefenamat 3x1, SF 1x1, Vitamin A 2/24 jam. Terapi obat sudah diberikan dan ibu sudah minum obatnya.
13.    Melakukan pendokumentasian. Dokumentasi telah dilakukan.




                                                                                                            Yogyakarta, 10 Mei 2014
                                                                                                            Praktikan
                                                                                                                                   
           

                                                                                                            Wiji Oktanasari


BAB IV
PEMBAHASAN

Data Subyektif
Dalam data subyektif  terdiri dari biodata yang mencakup identitas klien serta suami yang terdiri dari nama yang jelas dan lengkap. Hal ini untuk mengetahui identitas ibu dan suami, bila perlu ditanyakan nama panggilan sehari-hari hal ini untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama. Dalam lahan pasien kami bernama Ny. B dan suaminya Tn. S. Dalam praktek dan teori sudah sesuai kami melakukan anamnesa identitas ibu dan suami hal ini untuk mencegah kekeliruan dengan pasien yang lain.
Alamat perlu dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak. Misalnya ibu yang dirawat memerlukan bantuan keluarga. Dengan adanya alamat tersebut keluarga klien dapat segera dihubungi. Demikian juga alamat dapat memberikan petunjuk tentang keadaan lingkungan tempat tinggal klien. Dalam lahan kami juga menanyakan alamat ibu, kami mendapati alamat ibu di Jogoyudan RT 56 RW 16 No. 735 Jetis . Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan. 
Dalam teori biodata juga dilengkapi dengan pekerjaan yang  dicatat untuk mengetahui taraf sosial ekonomi ibu tersebut. Sejauh mana pengaruh pekerjaan dengan permasalahan kesehatan klien berkaitan dengan aktivitasnya sehari-hari dan juga pembiayaan hidupnya yang berkaitan dengan gizi, perencanaan tempat persalinan. Dilahan kami mencatat pekerjaan ibu tidak bekerja dan suami bekerja swasta. Dengan demikian kami dapat menilai taraf social ibu termasuk katagori menengah sehingga pembiayaan hidup dan gizi ibu cukup baik. Tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan karena dalam lahan pekerjaan juga ditanyakan.
Agama perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan. Dengan diketahuinya agama klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melakukan asuhan kebidanan. Dilahan Agama juga kami tanyakan, ibu dan suami beragama Islam sehingga pendekatan yang kami lakukan dengan menganjurkan ibu banyak berdo’a dan sholat agar keadaanya selalu baik baik saja. Tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan.
Dalam teori pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya, tingkat pendidikan dan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. Dalam lahan kami, ibu dan suami pendidikan terakhirnya adalah SMA sehingga hal ini dapat menjadikan acuan bagi bidan untuk memberikan asuhan dan pengarahan sesuai tingkat pendidikan agar mudah dimengerti. Oleh karena hal tersebut, tidak ada kesenjangan antara teori dengan lahan karena dilahan pendidikan juga menjadi daftar pertanyaan.
Sesuai teori keluhan yang mungkin dapat terjadi dan dirasakan oleh ibu perlu ditanyakan agar dapat memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan keluhan ibu. Normalnya ibu mengalami mules setelah melahirkan. Dilahan ibu juga mengatakan bahwa perutnya terasa mulas, hal ini fisiologis karena merupakan proses involusio uteri/kembalinya uterus seperti semula. Dari hal tersebut, tidak ada kesenjangan antara teori dengan lahan.
Pengeluaran pervaginam harus dikaji untuk mengetahui apakah terjadi perdarahan serta infeksi atau tidak. Dilahan ditemui bahwa ibu mengeluarkan darah segar yang merupakan sisa selaput ketuban, vernik caseosa, lanugo, dan mekonium. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa selama 2 jam pasca persalinan ibu akan mengeluarkan lochea rubra.
Status perkawinan ditanyakan pada klien untuk mengetahui sudah berapa lama ibu menikah dan berapa kali ibu menikah. Untuk kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan dan psikologis. Demikian juga dengan status anak yang dilahirkan dan psikologis ibu selama hamil dan bersalin.  Dilahan kami menanyakan status perkawinan ibu dan hasilnya ibu mengatakan menikah 1 kali dengan suami pertama.
Riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan adalah menarche normalnya 10 tahun - 16 tahun, siklusnya normal 25-32 hari, teratur, lamanya menstruasi normalnya 3-14 hari, banyaknya darah yang keluar normalnya 16 cc / 4-5 kali ganti pembalut tiap hari, dismenorrhoe atau tidak. Hal ini perlu ditanyakan terutama untuk mengetahui usia kehamilan. Hasil anamnesa kami adalah menarche  umur 12 tahun. Siklus ± 28 hari (teratur). Lama haid 7-8 hari. Sifat darah encer. Bau khas, tidak terdapat flour abuse. Nyeri pinggang saat haid. Banyaknya 34 kali ganti pembalut perhari. HPHT : 6 Agustus 2013. HPL : 13 Mei 2014.
Riwayat kesehatan sekarang perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita suatu penyakit atau tidak, guna mengidentifikasi kemungkinan komplikasi yang timbul. Di lahan ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit berat seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, Malaria, HIV dll. Riwayat kesehatan yang lalu perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita suatu penyakit atau tidak, guna mengidentifikasi kemungkinan komplikasi yang timbul. Di lahan ini mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, Malaria, HIV dll. Riwayat kesehatan keluarga perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah keluarga ada yang  menderita suatu penyakit atau tidak, guna mengidentifikasi kemungkinan komplikasi yang timbul. Serta adanya penyakit menurun. Di lahan ibu mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit berat seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, Malaria, HIV dll. Hal ini sesuai dengan teori bahwa dalam riwayat kesehatan, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan yang lalu dan riwayat kesehatan keluarga perlu ditanyakan pada ibu/pasien.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu perlu ditanyakan. Untuk megidentifikasi adanya kemungkinan komplikasi. Hasilnya ibu mengatakan ini merupakan kehamilan, persalinan dan nifas yang pertama sehingga ibu masih merasa takut. Hal ini sesuai dengan teori bahwa riwayat persalinan dan nifas yang lalu perlu ditanyakan.
Riwayat kehamilan sekarang, yang perlu ditanyakan pada klien yang pernah hamil adalah untuk menentukan faktor risiko. Faktor resiko 4T yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, terlalu banyak. Pada klien yang pernah melahirkan yaitu tempat melahirkan, cara melahirkan BB anak saat lahir, PB anak saat lahir, usia saat ini, kelainan saat nifas dan riwayat meneteki. Di lahan kami juga menanyakan riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu Ny B. Hasilnya, ini merupakan persalinan yang pertama, umur kehamilan 39 minggu, tempat persalinan di Puskesmas Jetis, ditolong oleh dokter dan bidan, jenis pertolongan spontan, tidak ada komplikasi, plasenta lengkap, ada robekan jalan lahir, perdarahan 220 cc.
Pola pemenuhan kebutuhan salah satunya menanyakan nutrisi ibu. Tanyakan kebiasaan makan dirumah selama hamil biasanya berapa kali  dalam satu hari normalnya 3x sehari, berapa piring dalam satu kali makan, jenis makanan  yang bergizi dan berserat tinggi, dan adakah makanan yang berpantang selama hamil. Hal ini perlu ditanyakan karena kebiasaan makan mempengaruhi kesehatan klien. Dalam praktek kami menanyakan tentang nutrisi ibu selama hamil dan selama nifas, selama hamil ibu mengatakan makan 3x sehari porsi ibu hamil jenis : nasi, lauk, sayur, buah-buahan (kadang) dan minum 6-8 gelas /hari (air putih dan susu). Selama nifas hari 2 jam post partum ibu mengatakan makan 1x nasi, lauk sayur dan buah satu porsi habis, serta minum 2 gelas (air putih dan teh hangat). Kebutuhan nutrisi ibu sudah baik sesuai dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan antara keduanya.
Eliminasi perlu ditanyakan karena bila ada gangguan ini akan mengganggu berjalannya masa nifas. Selama masa nifas 2 jam, ibu mengatakan belum BAK dan BAB karena takut. Tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan karena yang dialami ibu dalam batas normal. 
Pola istirahat ibu perlu ditanyakan, hal ini untuk mengkaji kenyamanan dan mengembalikan tenaga ibu setelah persalinan. Di lahan ibu mengatakan belum tidur karena masih di ruang bersalin dan akan tidur jika sudah di pindah ke bangsal nifas. Dari hal tersebut diketahui tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan.

Data Obyektif
Dalam data objective berisi data-data dari hasil pemeriksaan ibu meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan Fisik yang diperiksa Keadaan umum ibu, Normalnya Baik dan Kesadaran normalnya Compos mentis. Tanda-tanda vital, Normalnya : Tekanan Darah : 120/ 80 mmHg, bila lebih dari normal ini akan menjadi tanda terjadinya preeklamsi-eklamsi. Denyut Nadi : 80-88 x/m, Pernafasan : 12-20 x/m, Suhu :36,5-37,5 ºC , bila lebih dari normal ini akan menjadi tanda adanya infeksi persalinan. Dilahan hasil pemeriksaan Ny. B hasilnya Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Composmentis. Tanda vital : Tekanan Darah : 120/70 mmHg. Nadi : 80 x/m, Pernafasan : 20 x/m, Suhu : 36,7 ºC. Hasil pemeriksaan ibu menunjukan normal sehingga tidak ada kesenjangan antara lahan dan teori.
Pemeriksaan berikutnya adalah tinggi badan dan berat badan ibu. Normalnya tinggi badan lebih dari 145 cm, bila kurang dari normal ini akan menjadi resiko panggul sempit. Normalnya berat badan selama nifas mengalami penurunan 4-5 kg. Normalnya LILA lebih dari 23,5 cm, bila kurang dari normal ini termasuk KEK (kekurangan energy kronis). Dilahan kami memeriksa tinggi badan, berat badan dan LILA. Hasilnya Tinggi badan : 158 cm, Berat badan saat hamil : 55 kg  setelah melahirkan : 49 kg, LILA : 24cm. Tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan hasilnya normal.
Pemeriksaan Kepala dan Leher, Normalnya : Muka : Pucat/tidak, terdapat chloasma gravidarum atau tidak, ekspresi wajah serta ada oedema atau tidak. Rambut/ kulit kepala : Rambut hitam, terlihat bersih, tidak ada ketombe, tidak ada benjolan. Mata : Conjungtiva merah muda, tidak anemis, sclera putih, tidak ikterik, simetris. Mulut : Terdapat stomatitis atau tidak, pada gigi terdapat caries atau tidak serta kebersihannya, simetris. Telinga: simetris, tidak ada secret. Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan. Leher: Pembesaran kelenjar tiroid dan lymfe tidak ada, pelebaran vena jugularis tidak ada. Dada : Bentuk dada simetris, Payudara: Terlihat simetris, bentuk putting susu menonjol, serta colostrum sudah keluar, ada hyperpigmentasi pada areola mamae, tidak ada massa (benjolan).
Dilahan pemeriksaan kami mendapatkan hasil Wajah : bersih Simetris, terlihat tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada kelainan. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik, simetris, tidak ada kelainan. Hidung : Simetris, tidak terlihat ada secret, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan. Mulut : bersih, tidak ada stomatitis , tidak ada caries gigi. Telinga : Tidak ada secret, terlihat simetris, tidak ada kelainan, tidak ada nyeri tekan. Leher : Tidak teraba ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid, tidak ada pelebaran vena jugularis. Dada : Terlihat Simetris, tidak ada kelainan. Payudara : Hiperpigmentasi pada putting dan areola mamae, putting menonjol, tidak teraba benjolan abnormal, colostrum sudah keluar, simetris. Semua normal sesuai dengan teori tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan. Abdomen : bekas luka tidak ada, palpasi TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung kemih tidak penuh. Pemeriksaan abdomen telah dilakukan hasilnya tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan.
Ekstermitas atas dan bawah normalnya tidak ada oedema bila ada oedema ini menandakan adanya preeklamsi, tidak ada varices, reflek patella +/+ bila hasilnya -/- ini menandakan adanya preeklamsi, kuku bersih dan kemerahan jika pucat ini menandakan ibu menderita anemia, tidak ada kelainan. Genetalia luar normalnya tidak ada oedem, tidak ada varices, tidak ada peradangan kelenjar bartholini, pengeluaran lendir darah normal (lochea rubra). Dari semua hasil pemeriksaan yang telah kami lakukan semuanya masuk dalam batasan normal sesuai dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan. Anus normalnya bersih, berlubang, tidak ada hemoroid.
Hasil pemeriksaan Ny. B Ekstremitas : Simetris, tidak ada keterbatasan gerak, tidak ada edema atau varices, reflek pattela kaki kanan kiri positif. Genetalia : Tidak ada edema, tidak ada varices, ada luka jahitan, pengeluaran lochea rubra, tidak ada tanda-tanda infeksi. Anus     : Tidak ada hemorhoid. Dilahan kami dapati hasil dalam batas normal sehingga tidak terdapat kesenjangan.

Analisa
Ny. B umur 24 tahun P1 A0 AH1 dalam masa nifas normal 2 jam post partum.

Penatalaksanaan
Perencanaan yang diberikan untuk ibu nifas ini disesuaikan dengan keadaan ibu pada saat nifas seperti :
1.      Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera berkemih, observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya.
2.      Kebersihan diri : menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia, ganti pembalut minimal dua kali sehari arau setiap kali selesai BAK.
3.      Istirahat: cukup istirahat, beri pengertian manfaat istirahat, kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
4.      Gizi : makanan bergizi, bermutu dan cukup kalori, minum 3 liter air atau segalas setiap habis menyusui. Minum tablet Fe/zat besi. Minum vitamin A.
5.      Perawatan payudara : menjaga kebersihan payudara, beri ASI eksklusif sampai umur 6 bulan.
6.      Menganjurkan ibu untuk selau latihan bergerak (mobilisasi dini).
7.      Menjelaskan pada ibu bagaimana posisi cara menyusui yang benar salah satunya dengan posisi duduk :
a.              Ibu duduk dengan telapak kaki menapak lurus.
b.              Bayi digendong sejajar dengan payudara dengan satu lengan, kepala bayi pada lengkung siku dan bokong di telapak tangan ibu.
c.              Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan.
d.             Badan bayi dimiringkan ke arah payudara.
e.              Memegang payudara dengan ibu jari berada di atas dan 4 jari yang lain menyangga payudara.
f.               Mengoleskan sedikit ASI pada puting susu, areola dan sekitarnya. Rangsang bayi membuka mulut dengan cara menyentuh pipinya dengan puting susu, kemudian memasukkan puting susu dan areola ke mulut bayi.
g.              Cara melepas puting susu yaitu dengan menekan dagu bayi kebawah.
h.              Jangan lupa sendawakan bayi dengan menggendong bayi di pundak ibu, kemudian punggungnya ditepuk agar tidak gumoh.
i.                Untuk menyusui berikutnya mulailah dari payudara yang terakhir disusukan.
8.   Menjelaskan tanda bahaya masa nifas
a.       Perdarahan pervaginam yang hebat tidak berhenti hingga membuat ibu tidak sadarkan diri.
b.      Badan ibu demam dan panas.
c.       Tekanan Darah melebihi batas normal (Hipertensi).
9.   Menjelaskan mengenai lokhea yang akan keluar dari vagina 
a.       Lokhea rubra : berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, vernik casoasa, lanugo dan meconeum, terjadi selama 2 hari pasca persalinan.
b.      Lokhea sanguinolenta : warna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi pada hari ke 3– 7.
c.       Lokhea serosa : berwarna kuning dan cairannya tidak berdarah lagi, terjadi pada hari ke 7-14.
d.      Lokhea alba : cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2 minggu.
e.       Lckhea parulenta : jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f.       Lokhiotosis.      : lokhea tidak lancar keluarnya.

Pelaksanaan yang diberikan juga disesuaikan dengan perencanaan yang diberikan pada ibu, tidak didapati kesenjangan antara lahan dan teori. Evaluasi ini dilakukan untuk menilai semua tindakan yang kita berikan apakah sudah sesuai dengan yang dibutuhkan ibu dan juga menilai keadaan ibu. Dilahan setelah melakukan evalusi semua kebutuhan ibu telah diberikan dan semua tindakan telah diberikan dengan baik. Keadaan ibu dan bayinya baik. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
Tidak ada faktor penghambat dalam pemberian asuhan dari ibu post partum Ny “B”. Sedangkan untuk faktor pendukung dalam pemberian asuhan kepada ibu post partum Ny “B” yaitu bahwa Ny “N” mampu dan bersedia untuk makan dan minum, istirahat yang cukup, merawat kebersihan dirinya serta melakukan semua tindakan sesuai dengan anjuran bidan.
Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan yaitu untuk tetap observasi keadaan umum, vital sign, TFU, perdarahan, makan dan minum serta istirahat yang cukup selama 24 jam.
BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan ibu nifas normal pada Ny. B Usia 25 Tahun P1A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014, maka penulis dapat mengambil beberapa simpulan sebagai berikut :
1.    Telah dilakukan pengkajian data subyektif dan obyektif Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 Tahun P1 A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.
2.    Telah dilakukan interprestasi data untuk menegakkan diagnosa masalah serta kebutuhan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 Tahun P1 A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.
3.    Telah dilaksanakan tindakan sesuai perencanaan terhadap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 Tahun P1 A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.
4.    Telah dilakukan evaluasi Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 Tahun P1 A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.

B.       Saran
Saran yang penulis berikan ditujukan untuk :
1.      Ibu Nifas
Diharapkan bagi setiap ibu nifas lebih memperhatikan kebersihan diri, bekerjasama dengan bidan dan antusias mengikuti saran bidan dengan baik sehingga dalam nifas tidak ada komplikasi/bila terjadi komplikasi dapat terdeteksi secara dini.
2.      Bidan
Diharapkan dalam memberikan asuhan kebidanan selalu meningkatkan pengetahuan dan bisa menerapkannya dalam melaksanakan asuhan pada pasien, sehingga dapat terjalin keselarasan antara ibu nifas dengan bidan. Dapat  mengoptimalkan dan meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan  kebidanan.
3.      Institusi pendidikan
Penulis mengharapkan pembuatan laporan kasus yang telah ada tetap dijadikan acuan, bahan bacaan di perpustakaaan dan bahan perbandingan untuk pembuatan laporan kasus yang lebih baik lagi terutama yang berhubungan dengan kasus nifas.
4.      Mahasiswa
Diharapkan dapat menggali ilmu lebih dalam lagi serta lebih giat belajar dalam memahami teori sehingga dapat diterapkan dilahan praktek. Mahasiswa dapat membuat laporan kasus ibu nifas dengan menggali lebih dalam tentang berbagai permasalahan pada ibu nifas.




DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia offset.
Depkes. 2012. Penurunan AKI AKB Secara Komprehensif [Internet]. Available from : http://www.kesehatanibu.depkes.go.id [Accessed 7 Mei 2014].
Manuaba. 2010Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offset.
Rukiyah, A. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.
Rustam, M. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar