Rabu, 04 November 2015

Mau Hangout?? Yukkss pilah pilih

Hangout sering sekali terdengar di kalangan anak muda dan juga kalangan remaja atau dewasa. Hangout memiliki makna yaitu biasanya jalan-jalan di mall dan nongkrong di tempat-tempat makan atau cafe cafe bersama teman, sahabat, dan kerabat. Biasanya hang out dilakukan di akhir pekan. Selain berjalan-jalan dan nongkrong di cafe cafe, hangout juga terkadang dilakukan dengan windows shopping atau juga dengan berbelanja barang-barang yang ingin kita beli atau juga dengan barang barang yang tidak sengaja kita temukan saat kita sedang berjalan-jalan atau hangout. Segala yang kita lakukan saat hangout terkadang membuat kita lelah dan memakan banyak sekali waktu. Hal yang perlu kita perhatikan adalah penampilan dan pakaian yang kita kenakan dan juga sepatu yang kita pakai. Berikut ini adalah tips tips memilih pakaian sebelum anda hangout atau sebelum anda menghabiskan waktu berjam-jam di akhir pekan bersama teman-teman anda dan juga kerabat anda.

Pilih bahan pakaian yang dingin dan nyaman

Bahan pakaian menjadi hal yang sangat harus kita perhatikan. Selain saat untuk bekerja, bahan pakaian yang bagus dan enak untuk dikenakan juga perlu kita pakai saat untuk hangout bersama teman-teman. Pilihlah bahan yang dingin, nyaman, dan tidak membuat kulit kita gatal terutama untuk aktifitas yang membuat kita mengeluarkan banyak keringat seperti jalan-jalan. Mix and Match Busana :
  1. Maxi Dress
Ada banyak cara untuk menjadikan baju yang satu ini tampak trendy dan up to date. Kenakan maxi dressdengan cardigan atau crop jacket dan blazer. Anda juga bisa mengenakan kaos lengan panjang sebagai dalaman. Kenakan ikat pinggang untuk tampilan yang lebih chic.  Serta gunakan bahan yang ringan dan tidak panas, seperti bahan rayon dan katun.
2. Blazer/Jacket
Salah satu busana wajib yang dimiliki wanita bekerja adalah blazer, jacket, atau cardigan. Selain mempunyai kegunaan untuk menghangatkan badan, juga membantu dalam berpenampilan di kantor atau acara resmi saat harus bertemu klien. Blazer memberikan kesan sopan, rapi, dan terlihat lebih berwibawa serta anggun. Biasanya blazer dipadukan dengan rok , jeans, bahkan dress.
3. Tunik/Blouse
Berbusana kerja sepanjang masa adalah menggunakan tunik atau blouse. Namun sekarang ini Anda bisa  memadu padankan tunik dengan celana panjang agar penampilan lebih gaya. Tetap ingat,  pilih celana dan tunik yang tidak ketat ya.

Sepatu

Mengenakan high heels memang sesuatu yang cantik dan indah. Namun, hal tersebut akan menyiksa kaki kita apalagi jika digunakan berjalan-jalan dalam waktu yang lama. Sebaiknya kita mengenakan flat shoes dibandingkan dengan high heels. Selain nyaman, juga tidak menyiksa kaki kita.

Tas

Biasanya, tas tangan memang cocok untuk dikenakan saat hangout. Selain tas tangan, tas selendang kecil atau tas ransel modis tampaknya lebih nyaman karena kita tidak perlu menjinjingnya sepanjang waktu.

Make up

Gunakan make up yang simple dan santai. Warna-warna muda dan chic sangat cocok untuk dikenakan selagi hangout bersama teman-teman anda. Selain itu, hindari juga make up yang membuat wajah anda tidak nyaman.

Konsentrasi Dimulai !!

Di tengah hiruk pikuk pekerjaan yang padat, konsentrasi yang tinggi memang sangat dibutuhkan. Apalagi jika pekerjaan yang dilakukan diburu oleh waktu, antara fokus dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu kadang saling bertindihan. Belum lagi banyak pikiran dan masalah yang bersarang di otak, konsentrasi saat bekerja kian sulit untuk dikembalikan. Lalu apa saja sih yang bisa membuat daya fokus ini mudah hilang kala beraktivitas?
Media sosial
Demam media sosial memang sudah melanda berbagai kalangan, tidak terkecuali orang dewasa yang sehari-harinya sibuk bekerja. Media sosial paling mudah menjangkiti setiap orang yang bisa mengakses internet baik melalui komputer maupun gadget lainnya. Jika terlampau asyik, efek candu media sosial bisa mengganggu konsentrasi saat bekerja. Bagaimana tidak saat pikiran harusnya fokus mengetik, notifikasi dari media sosial kita terus saja bermunculan dan sudah barang pasti membuat Anda terangsang untuk menanggapinya. Matikan semua media sosial saat beraktivitas agar bisa selesai tepat waktu.
Email
Notifikasi email yang terlalu banyak ternyata dapat membuat fokus bekerja maupun beraktivitas terganggu. Meski pekerjaan Anda berkaitan erat dengan kiriman email yang berasal dari klien, cobalah untuk membatasi membuka email berlebihan. Atur waktu melihat email seperti memilih pada jam-jam tertentu. Email yang terlalu banyak dengan notifikasi yang terus berdering akan membuat Anda kurang fokus menyelesaikan satu per satu pekerjaan secara maksimal.
Handphone
Baik, pekerjaan Anda berikutnya mungkin berhubungan dengan komunikasi maupun marketing. Namun, akan lebih baik jika Anda menyiapkan satu nomor khusus untuk menampung klien-klien Anda. Sebab, tidak semua pesan maupun telepon yang masuk saat beraktivitas kadang berhubungan dengan pekerjaan yang sedang Anda lakukan. Hal itu akan sangat mengganggu dan merusak konsentrasi kerja.
Kebosanan
Terlalu banyak memikirkan pekerjaan dalam satu waktu kadang membuat otak tak bisa berpikir cemerlang. Di satu sisi Anda harus menyelesaikan pekerjaan yang ada di depan Anda, sementara di sisi lain pikiran Anda melayang memikirkan hal lainnya. Bukannya membuat pekerjaan selesai dengan optimal, justru akan membuat Anda mudah merasa jenuh dan bosan. Apabila sudah seperti ini, istirahatlah sejenak sembari menghirup udara segar maupun meminum secangkir teh hijau.
Pilihlah mana pekerjaan yang lebih diprioritaskan dan memungkinkan untuk diselesaikan lebih dulu. Dengan begitu, fokus kerja tetap berjalan dan Anda bisa menyelesaikan tepat pada waktunya. Semoga berhasil.

Bersih-Bersih Rumah Yukk

Bagi beberapa orang, pekerjaan bersih-bersih bisa jadi pekerjaan yang menyenangkan. Tetapi, banyak orang tidak menyukainya karena repot, capek dan menyita waktu. Jangan khawatir, bagi Anda yang malas, rumah bersih tetap bisa Anda dapatkan. Ini triknya!

Harian
  • Buka jendela untuk memperlancar sirkulasi udara dan mengurangi jumlah debu.
  • Bersihkan permukaan meja, seperti meja tamu, meja makan, atau dapur. Gunakan lap bersih yang dibasahi dengan air atau larutan pembersih.
  • Tepuk-tepuk permukaan kasur, bantal, atau sofa. Gunanya untuk membersihkan debu yang melekat dan juga membuat permukaan sofa, bantal, atau kasur kembali ke bentuk semula.
  • Sapu ruangan. Lakukan paling tidak satu kali sehari.

Mingguan
  • Bersihkan kamar mandi. Kamar mandi yang bersih dan harum bisa membuat suasana mandi jadi makin nyaman. Untuk itu, bersihkan bak mandi, bathtub, lantai kamar mandi, wastafel, dan dudukan toilet.
  • Ganti handuk, seprai, sarung bantal, dan guling. Cuci menggunakan air panas bersuhu 60° C, agar seluruh kotoran yang melekat pada handuk, seprai, sarung bantal, dan guling hilang tanpa bekas.
  • Kosongkan tempat sampah yang ada di kamar mandi.
  • Seka pintu dan pegangannya. Gunakan air sabun hangat atau larutan pembersih khusus.
  • Seka debu yang ada di permukaan lemari yang jarang disentuh atau yang terletak di tempat yang tinggi.
  • Bersihkan karpet menggunakan vacuum cleaner. Lakukan juga untuk sela-sela sofa. Agar efektif, gunakan vacuum cleaner dengan ujung yang kecil.
  • Jika lantai Anda terbuat dari parket, seka dengan bahan pembersih khusus, agar tetap mengilap.

Bulanan
  • Balik kasur agar bentuknya kembali seperti semula.
  • Ganti sarung bantal sofa dan bersihkan sela-sela sofa dari debu yang melekat.
  • Bersihkan kaca jendela dan cermin.Terutama kaca jendela di ruang publik dan cermin yang berada di dalam kamar mandi, yang sering kali terkena cipratan pasta gigi dan sabun.
  • Bersihkan debu dari daerah-daerah yang terlewat saat menyapu sehari-hari. Misalnya, di ujung dalam bawah lemari pakaian, atau di bagian atas langit-langit rumah.
  • Bersihkan kayu dan pernik interior yang mempunyai permukaan mengilap dan terbuat dari perak atau stainless steel dengan pembersih yang disarankan.
  • Bersihkan bagian depan pintu rumah. Jika perlu, ganti keset dengan yang baru untuk memberikan impresi berbeda pada tamu yang datang.

Jangan tunggu sampai rumah berantakan. Cicil bersih-bersih setiap hari mulai dari yang paling mudah dan terlihat.

Konsep Sehat Sakit ditinjau dari perspektif Sosiologi

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dalam rangka memenuhi tugas hidupnya selaku makhluk sosial, manusia senantiasa berinteraksi dengan orang lain. Untuk itu manusia telah dibekali dengan berbagai alat dan kemampuan yang memungkinkan mereka dapat menjalankan fungsinya. Diantara alat perlengkapan manusia adalah alat indera. Dengan alat-alat indera tersebut manusia dapat melihat, mendengar, merasakan, dan menyentuh dunianya sehingga ia dapat menjadi manusia sepenuhnya. Dalam konteks perilaku, hal itu berarti bahwa alat-alat indera yang dimilikinya telah menyebabkan manusia mampu berpikir, merasakan, berkehendak, dan memiliki persepsi tertentu mengenai dirinya dan dunia sekitarnya. Pikiran, perasaan, kehendak, dan persepsi itu sekaligus merupakan aspek-aspek psikologis yang melengkapi kepribadian manusia.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Memasuki millenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola piker atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindangan kesehatan. Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Mendorong pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyaralat beserta lingkungannya (Dinkes, 2005).
Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap masalah-masalah kesehatan dan menjadi aktor dalam menentukan masalah kesehatan anggota keluarga. Dalam keluarga, ibu merupakan anggota masyarakat yang salah satu perannya adalah mengurus rumah tangganya sehingga terciptanya lingkungan sehat dalam rumah tangga. Dengan mewujudkan perilaku yang sehat, maka dapat menurunkan angkakesakitan suatu penyakit dan angka kematian akibat kurangnya kesadaran dalam pelaksaan hidup bersih dan sehat serta dapat meningkatkan kesadaran dan kemauan bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membuat makalah tentang perspektif sosiologi tentang konsep sehat dan sakit.


B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana konsep dasar sosiologi kesehatan?
2.      Bagaimana hubungan sosiologi dengan konsep sehat dan sakit?
3.      Bagaimana peran sosiologi dalam kesehatan?
4.      Bagaimana sosiologi kesehatan dan sosiologi penyakit?
5.      Bagaimana kesehatan dan penyakit dari sudut pandang sosial?
6.      Apa saja model-model perubahan perilaku kesehatan?
7.      Bagaimana profesi medis bagi masyarakat?
8.      Bagaimana persepsi masyarakat tentang konsep sehat dan sakit?
9.      Bagaimana perilaku sehat sakit pada masyarakat?
10.  Sebutkan contoh sosiologi kesehatan sebagai ilmu?

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui konsep dasar sosiologi kesehatan.
2.      Mengetahui hubungan sosiologi dengan konsep sehat dan sakit.
3.      Menjelaskan peran sosiologi dalam kesehatan.
4.      Menjelaskan sosiologi kesehatan dan sosiologi penyakit.
5.      Menjelaskan kesehatan dan penyakit dari sudut pandang sosial.
6.      Menjelaskan model-model perubahan perilaku kesehatan.
7.      Mengetahui profesi medis bagi masyarakat.
8.      Mengetahui persepsi masyarakat tentang konsep sehat dan sakit.
9.      Mengetahui perilaku sehat sakit pada masyarakat.
10.  Menyebutkan contoh sosiologi kesehatan sebagai ilmu.

D.    MANFAAT
1.      Bagi Ilmu Pengetahuan (scienteific)
            Makalah ini  diharapkan  dapat  menjadi  tambahan  ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya ilmu sosial dan perilaku kesehatan tentang perspektif sosiologi tentang konsep sehat dan sakit.
2.      Bagi Instansi Pendidikan
Makalah ini  dapat  menambah  kepustakaan  bagi mahasiswa, dosen beserta seluruh civitas akademik,  sehingga  dapat  memperluas  pengetahuan tentang ilmu sosial dan perilaku kesehatan khususnya tema perspektif sosiologi tentang konsep sehat dan sakit sebagai referensi untuk penulisan makalah selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Sosiologi Kesehatan
Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman atau kawan, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya oleh August Comte. Secara umum sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Sosiologi menurut Emile Durkheim adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sosiologi kesehatan adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara masyarakat dan kesehatan.
Fungsi konsep dasar sosiologi kesehatan, diantaranya sebagai alat kognitif agar seseorang menjadi lebih tahu dan mengerti mengenai apa yang mereka pelajari,  alat evaluatif agar seseorang dapat membedakan serta memisahkan mengenai pokok bahasan yang mereka pelajari, alat pragmatik yang memberikan pengetahuan tentang bagaimana penerapan ilmu tersebut dalam kahidupan sehari-hari,  dan alat komunikatif agar terjalin komunkasi yang baik antar yang belajar dengan yang mengajar.  Topik – topik utama yang dikaji dalam sosiologi kesehatan antara lain hubungan antara lingkungan sosial dengan kesehatan dan kondisi sakit,  perilaku sehat dan sakit, praktisi perawatan kesehatan dan hubungan antara  praktisi kesehatan dengan pasien, dan sistem perawatan kesehatan.
Konsep sehat dilihat dari segi sosial, berarti kemampuan untuk membuat dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. Sosiologi kesehatan  merupakan   ilmu   yang   membicarakan   tentang   proses   perilaku individu atau interaksi masyarakat yang mempengaruhi status kesehatan dari individu   atau   masyarakat   tersebut,   serta   bagaimana   hubungan   petugas kesehatan dan kliennya.  Dalam dunia keperawatan, sosiologi dan antropologi keperawatan   hampir   tidak   jauh   berbeda   dengan   sosiologi   kesehatan   dan antropologi kesehatan, karena dalam memberikan asuhan kepada klien, asuhan keperawatan adalah bagian dari program kesehatan (preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitative), baik di pelayanan kesehatan maupun di masyarakat. Ketika seorang perawat memberikan asuhan keperawatan, proses keperawatan dimulai dari pengkajian memulai komunikasi dan interaksi social.
Dimensi sosial yaitu dimensi yang melihat dari tingkah laku manusia dalam kelompok sosial, keluarga dan sesama lainnya serta penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku. Kesehatan Sosial dapat dilihat dari kemampuan untuk membuat dan mempertahankan hubungan dengan orang lain, perilaku kehidupan dalam masyarakat. Kesehatan sosial dapat dilihat juga dari kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan pribadi dan keluarganya sehingga memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya (UU No 9: pasal 3). Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial,ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
Secara sosiologis, individu merupakan representasi dikehidupan lingkungan sosialnya. Segala yang terjadi dilingkungan sosialnya diamati, dipelajari, dan kemungkinan diintegrasikan dan diinternalisasi sebagai bagian dari kehidupannya sendiri. Setiap individu memiliki identitas sesuai lingkungan sosialnya. Apa yang dilakukan, gagasannya, perasaannya, merupakan hasil pembentukan lingkungan sosialnya.
Lingkungan sosial secara nyata juga mempengaruhi perilaku, sehat dan sakit. Peran sehat dan sakit juga berkaitan dengan nilai sosialnya. Individu akan berperan sehat atau sakit. Diantara faktor lingkungan sosial yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan mental adalah stratifikasi sosial, pekerjaan, keluarga, budaya, perubahan sosial, stressor psikososial, interaksi sosial, sistem dalam keluarga, perubahan-perubahan sosial seperti migrasi, perubahan jangka panjang, dan kondisi krisis.
Adapun nilai yang dipahami dari dimensi sosial antara lain :
1.      Nilai kebersamaan sosial yaitu masyarakat yang secara bersama-sama bekerja bakti membersihkan makam, membuat umbul-umbul, membuat perayaan hari kemerdekaan, dll.
2.      Nilai religi yaitu hubungan manusia dengan Tuhan dapat terjalin dengan baik.
3.      Nilai keamanan yaitu masyarakat bisa terbebas dari seluruh desa dan akan merasa nyaman.
4.      Nilai ekonomi yaitu dengan tetap melaksanakan upacara masyarakat akan lebih mudah dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Proses Sosialisasi adalah proses seorang anak belajar menjadi anggota masyarakat yang berpartisifasi aktif.  Proses sosialisasi terjadi empat tahap yaitu :
1.         Persiapan
Pada tahap ini anak mualai belajar mengambil peranan orang-orang disekeliling terutama orang yang paling dekat (keluarga).
2.         Meniru
Pada tahap ini anak tidak hanya mengetahui peranan yang harus dijalankan tetapi harus mengetahui peranan yang dijalankan orang lain.
3.         Bertindak
Pada tahap ini anak dianggap mampu mengambil peranan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat luas.
4.         Menerima norma
Pada tahan ini anak telah siap menjalankan peranan orang lain, ia mulai memiliki kesadaran akan tanggung jawab Sosialisasi disini juga merupakan proses yang membantu individu agar belajar menyesuaikan diri bagaimana cara hidup, cara berfikir dengan kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

B.     Hubungan Sosiologi dengan Konsep Sehat dan Sakit
            Sosiologi kesehatan dan penyakit mempelajari interaksi antara masyarakat dan kesehatan. Objektif dari topik ini adalah untuk melihat bagaimana kehidupan sosial memiliki dampak terhadap morbiditas dan tingkat kematian, dan sebaliknya. Aspek sosiologi ini berbeda dari sosiologi medis karena cabang sosiologi ini mempelajari kesehatan dan keadaan sakit berkaitan dengan institusi sosial seperti keluarga, pekerjaan, dan sekolah. Sosiologi medis terbatas pada hubungan pasien-praktisi dan peran pakar kesehatan dalam masyarakat. Sosiologi kesehatan dan penyakit mencakup patologi sosiologis (sebab penyakit dan keadaan sakit), alasan mencari jenis bantuan medis tertentu, dan kepatuhan atau ketidakpatuhan pasien dengan persyaratan medis.
Kajian-kajian mengenai ilmu sosiologi kesehatan dapat berupa masalah-masalah yang dialami objek sosiologi, baik itu masyarakat, society ataupun komunitas. Agar dapat memahami dan menganalisa masalah-masalah tersebut maka diperlukan berbagai pendekatan baik itu pendekatan emik yang hanya berdasarkan pada sudut pandang si pelaku ataupun menggunakan pendekatan etik yang berdasarkan pandangan serta pendapat dari para ahli kemudian membandingkannya dengan kebudayaan dari daerah lain.
Menurut para ahli, seperti Kendall dan Reader, sosiologi mengenai bidang medis mengulas masalah yang menjadi perhatian sosiologi profesi dan sosiologi organisasi. Sedangkan menurut Straus, sosiologi dalam bidang medis merupakan penelitian dan pengajaran bersama yang sering melibatkan pengintegrasian konsep, teknik dan personalia dari berbagai disiplin, dalam mana sosiologi digunakan sebagai pelengkap bidang medis. Dalam perkembangan selanjutnya perhatian sosiologi medis meluas ke berbagai masalah kesehatan di luar bidang medis. Dengan demikian, berkembanglah bidang sosiologi kesehatan.
Para ahli pun membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi dalam kesehatan. Menurut Wilson sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan analisis dengan mengambil jarak, yang terutama dimotivasi oleh suatu masalah sosiologi, sedangkan sosiologi dalam kesehatan adalah penelitian dan pengajaran yang lebih bercirikan keintiman, terapan dan kebersamaan yang terutama didorong oleh adanya masalah kesehatan. Menurut Wolinsky orientasi para ahli sosiologi kesehatan lebih tertuju pada masalah kesehatan, bukan pada masalah sosiologi sehingga sosiologi kesehatan cenderung miskin teori. Twaddle merinci tujuh dimensi yang membedakan sosiologi kesehatan dengan sosiologi medis. Menurutnya terjadinya pergeseran-pergeseran dalam ketujuh dimensi tersebut mengakibatkan bergesernya sosiologi medis menjadi sosiologi kesehatan. Namun, sosiologi kesehatan merupakan bidang yang muda hingga kini bidang sosiologi medis masih tetap dominan.
Agar dapat memahami bagaimana sistem sosial yang berkembang di masyarakat, maka perlu pemahaman mengenai apa yang dipakai acuan oleh masyarakat dalan bertindak dan bertingkah laku baik itu kepercayaan, nilai, norma, ataupun kelompok acuan dalam masyarakat itu sendiri. Karena acuan tersebut tidak dalam bentuk tertulis maka sifatnya adalah dinamis dalam artian norma, ataupun nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu, yang tentunya juga mempengaruhi kebudayaan serta perilaku individu/kelompok masyarakat. Perubahan tersebut dapat terjadi kerena pengaruh dari budaya luar yang ketika bertemu dengan kebudayaan daerah mengalami berbagai bentuk proses apakah itu difusi, akulturasi, asimilasi, maupun konformitas.
Gangguan kesehatan dapat datang dari lingkungan sosial. Manusia sering hidup dalam lingkungan sosial yang membuat mereka marah, frustrasi atau cemas, dan perasaan-perasaan demikian dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. House, Landis dan Umberson mengemukakan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara hubungan sosial dan kesehatan. Antara lain dikemukakan pada arti penting social support bagi kesehatan. Ancaman lingkungan terhadap kesehatan ditanggapi warga masyarakat dengan berbagai ragam reaksi. Ada yang bermigrasi ke kawasan lain. Ada pula warga masyarakat yang berupaya menanggulanginya. Kesadaran ataupun kecurigaan warga masyarakat bahwa lingkungan fisik mereka menyebabkan penyakit kemudian sering diikuti dengan berbagai bentuk tindakan terhadap mereka yang dianggap bertanggung jawab.
Wolinsky menjelaskan bahwa bagi dokter simtom dan tanda penyakit merupakan bukti gangguan biologis pada tubuh manusia yang memerlukan penanganan medis. Dari sudut pandang medis, kesehatan ialah ketiadaan simtom dan tanda penyakit. Wolinsky selanjutnya mengemukakan beberapa keberatan terhadap definisi kesehatan menurut kalangan medis ini. Definisi medis ini lebih sempit daripada definisi WHO, yang mencakup baik kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada ketiadaan penyakit ataupun kelesuan. Namun, menurut Mechanic definisi WHO ini sulit dioperasionalisasikan untuk membedakan orang sehat dan orang sakit. Konsep kesehatan dengan cakupan luas kita jumpai pula dalam pandangan Blum. Blum mengemukakan bahwa kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu kesehatan somatik, kesehatan psikis, dan kesehatan sosial.
Definisi yang menyerupai definisi WHO kita jumpai dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Menurut definisi Parson seseorang dianggap sehat manakala ia mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah dipelajarinya melalui proses sosialisasi, lepas dari soal apakah secara ilmu kesehatan ia sehat atau tidak. Jadi, kesehatan sosiologis seseorang bersifat relatif karena tergantung pada peran yang dijalankannya dalam masyarakat.
Menurut Parson pula, kesehatan sosiologis seseorang bersifat relatif karena tergantung pada peran yang dijalankannya dalam masyarakat. Ternyata definisi kesehatan yang mirip dengan ketiga macam definisi tersebut di atas serupa kita jumpai pula di kalangan masyarakat. Menurut hasil penelitian di Inggris di kalangan masyarakat awam pun dijumpai definisi negatif, definisi fungsional, dan definisi positif. Parson memandang masalah kesehatan dari sudut pandang kesinambungan sistem sosial. Dari sudut pandang ini tingkat kesehatan terlalu rendah atau tingkat penyakit terlalu tinggi mengganggu berfungsinya sistem sosial karena gangguan kesehatan menghalangi kemampuan anggota masyarakat untuk dapat melaksanakan peran sosialnya. Selain mengganggu berfungsinya manusia sebagai suatu sistem biologis, penyakit pun mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial seseorang.
Masyarakat berkepentingan terhadap pengendalian mortalitas dan morbiditas.
Menurut Parson ini disebabkan karena :
1.      Penyakit mengganggu berfungsinya seseorang sebagai anggota masyarakat.
2.      Penyakit, apalagi kematian dini, merugikan kepentingan masyarakat yang telah mengeluarkan biaya besar bagi kelahiran, pengasuhan dan sosialisasi anggota masyarakat.
                        Tipologi Sehat dan Perilaku Sakit Wolinsky, yaitu
1.      Ada orang yang secara medis dia sakit, tapi secara sosial dia sehat.
2.      Ada orang yang secara medis dia sehat, dan secara sosial dia juga sehat.
3.      Ada orang yang secara medis dia sehat, tapi secara sosial dia sakit.
4.      Ada orang yang secara medis dia sakit dan secara sosial dia juga sakit.

C.    Peran Sosiologi dalam Kesehatan
Peran utama sosiologi dalam kesehatan adalah mendemonstrasikan dan memfokuskan perhatian pada pangaruh penting kondisi cultural, socio structural dan kekuatan kelembagaan berkaitan dengan health, healing dan illness. Selanjutnya sosiolog kesehatan perlu me “maintain” spirit kebebasan dan bersikap kritis.
Sosiologi sebagai konsultan kebijakan. Sosiologi memiliki kemampuan untuk menganalisis fakta sosial, dinamika sosial, dan kecenderungan proses, serta perubahan sosial. Dalam skala panjang, sosiologi memiliki kemampuan untuk meramalkan pengaruh dari sebuah kebijakan terhadap kehidupan sosial. Tujuan penerapan sosiologi dalam bidang kedokteran dan kesehatan adalah untuk menambah kemampuan para dokter dalam melakukan penilaian klinis secara lebih rasional, menambah kemampuan untuk mengatasi persoalan – persoalan yang dialami dalam praktik, mampu memahami dan menghargai perilaku pasien, kolega serta organisasi, dan menambah kemampuan dan keyakinan dokter dalam menangani kebutuhan sosial dan emosional pasien.
Fauzi Muzaham menjelaskan manfaat sosiologi bagi kesehatan yaitu :
1.      Mempelajari cara orang meminta pertolongan medis atau dokter (help-seeking).
2.      Memberikan analisis mengenai hubungan dokter-pasien.
3.      Mengatur latar belakang sosial-ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan layanan kesehatan.
4.      Menganalisis faktor – faktor sosial dalam hubungannya dengan etiologi penyakit. 
5.      Sakit, cacat fisik, dan sejenisnya adalah sebuah fakta sosial sebagaimana masalah sosial lainnya yang membutuhkan analisis sosiologis.

D.    Sosiologi Kesehatan dan Sosiologi Penyakit
Sosiologi kesehatan dikatakan sebagai ilmu karena :
1.      Bersifat empiris artinya sosiologi kesehatan mempelajari apa yang benar-benar terjadi di masyarakat dan apa yang dipelajari dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Bersifat teoritis artinya sosiologi kesehatan menggunakan teori-teori dalam pembelajarannya dimana teori tersebut dikemukakan oleh para ahli yang berdasarkan pada apa yang tarjadi di masyarakat.
3.      Bersifat komulatif artinya ilmu sosiologi kesehatan yang sekarang dipelajari tidak lain adalah pengembangan dari ilmu sosiologi kesehatan yang telah ada sebelumnnya. Sehingga ilmu sosiologi kesehatan bersifat dinamis dalam artian dapat berubah sesuai dengan kondisi sosial yang terjadi saat ini. 
4.      Tidak bersifat menilai artinya ilmu sosiologi kesehatan tidak dapat membenarkan dan menyalahkan tindakan atau perilaku individu/kelompok masyarakat karena tiap daerah memiliki norma tersendiri sehingga apa yang dinggap salah di satu daerah bisa dianggap benar di daerah lain, begitu sebaliknya. 
Dalam sosiologi kesehatan dikenal beberapa istilah yang menunjukkan sumbangan atau peran sosiologi pada bidang kesehatan, yaitu :
1.      Sosiology in Medicine
Sosiolog yang bekerjasama secara langsung dengan dokter dan staf kesehatan lainnya di dalam mempelajari faktor sosial yang relevan dengan terjadinya gangguan kesehatan ataupun sosiolog berusaha berhubungan langsung dengan perawatan pasien atau untuk memecahkan problem kesehatan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena sosial dapat menjadi faktor penentu atau mempengaruhi orang-orang untuk menangani penyakit atau mempengaruhi kesehatan mereka ataupun tingkah laku lain saat sedang sakit maupun setelah sakit.
2.      Sosiology of Medicine
Berhubungan dengan organisasi, nilai, kepercayaan terhadap praktek kedokteran sebagai bentuk dari perilaku manusia yang berada dalam lingkup pelayanan kesehatan, misalnya bentuk pelayanan kesehatan, sumberdaya manusia untuk membangun kesehatan dan pelatihan bagi petugas kesehatan.
3.      Sosiology for Medicine
Berhubungan dengan strategi metodologi yang yang dikembangkan sosiologi untuk kepentingan bidang pelayanan kesehatan. Misalnya teknik skala pengukuran Thurstone, Likert, Guttman yang membantu mengenali atau mengukur skala sikap. Peran ini juga meliputi peosedur matematis multivariate serta analisis faktor dan analisis jaringan yang biasa digunakan para sosiolog dalam mengumpulkan data atau menjelaskan hasil penelitian.
4.      Sociology From Medicine
Menganalisa lingkungan kedokteran dari perspektif sosial. Misalnya bagaimana pola pendidikan, perilaku, gaya hidup, para dokter, atau sosialisasi mahasiswa kedokteran selama mengikuti pendidikan kedokteran.
5.      Sociology at Medicine
Merupakan bagian yang lebih banyak mengamati orientasi politik dan ideology yang berhubungan dengan kesehatan. Misalnya bagaimana suatu struktur pengobatan cara barat akan mempengaruhi perubahan pola pengobatan sekaligus merubah pola interaksi masyarakat.
6.      Sociology Around Medicine
Menunjukkan bagaimana sosiologi menjadi bagian atau berinteraksi dengan ilmu lain seperti antropologi, ekonomi, etnologi, filosofi hukum maupun bahasa.

E.     Kesehatan Dan Penyakit Dari Sudut Pandang Sosial 
1.      Dalam sosiologi kesehatan dikenal perbedaan antara konsep disease dan illness. 
2.      Disease sebagai gangguan fungsi fisiologis organisme sebagai akibat infeksi atau tekanan lingkungan, disease bersifat objektif. 
3.      Illness adalah perasaan pribadi seseorang yang merasa kesehatannya terganggu. Ilness bersifat subjektif.

F.     Model-Model Perubahan Perilaku Kesehatan
1.      Model Pengelolaan Rasa Sakit.
Tidak semua orang sakit memiliki penyakit. Suatu rasa sakit bukan merupakan penyakit bila tidak mengganggu aktivitas dan fungsi pokok, misalnya: makan, minum, buang air, tidur, dan aktivitas sehari-hari lainnya.
2.      Model Mechanic.
Landasan pemikiran model mechanic ini yaitu mengembangkan suatu model mengenai faktor-faktor yang mempengarui perbedaan cara melihat, menilai serta bertindak terhadap suatu gejala penyakit.
3.      Model Keyakinan Sehat.
Empat keyakinan utama yaitu keyakinan tentang kerentanan kita terhadap keadaan sakit, keyakinan tentang keseriusan atau keganasan penyakit, keyakinan tentang kemungkinan biaya, keyakinan tentang efektivitas tindakan ini sehubungan dengan adanya kemungkinan tindakan alternatif.
4.      Model Pengambilan keputusan.
Ada beberapa kondisi sosial yang khas terjadi yaitu realitas sosial adanya perbedaan pemahaman dan sikap antara pasien dan anggota keluarganya, perbedaan pemahaman dan sikap pasien diwujudkan dalam bentuk persepsi atau respons terhadap penyakit tersebut, setiap diantara mereka mempunyai akses informasi ke pihak lain mengenai persepsi penyakit, adanya komunikasi atau interkasi antara pasien dan orang lain.

G.    Profesi Medis Bagi Masyarakat
Meskipun tampak ironis, namun ini adalah fakta yang terjadi di zaman modern. Masyarakat yang memiliki status sosial dan kekayaan lebih banyak, memiliki kesehatan fisik, mental dan sosial jauh lebih baik daripada orang miskin. Ini dimulai saat lahir dengan anggota masyarakat termiskin memiliki tingkat kematian bayi tertinggi dan berlanjut sepanjang hidup sebagai orang kaya menikmati akses yang lebih baik untuk kesehatan sehingga memiliki kesempatan yang lebih baik pulih dari penyakit serius dan trauma besar.
Beberapa peristiwa yang menyebabkan meningkatnya keterkaitan antara sosiologi dan bidang medis atau kesehatan antara lain terjadinya perubahan dalam hal kesehatan, penyembuhan dan sakit  health, healing and illness. Adanya legitimasi eksternal serta pengakuan secara kelembagaan medical. Perubahan yang terjadi dalam dunia medis menurut Analisis Rodney Coe (1970) dkk yaitu perubahan pola mortalitas dan morbiditas, dampak pengobatan yang bersifat preventif dan meningkatnya kesehatan masyarakat (public health), dampak  perkembangan bidang psychiatry, dan  dampak administrasi kesehatan.
Sosiologi medis memandang hubungan sosial dalam pengaturan perawatan kesehatan sebagai produk dari sebuah masyarakat umum, di mana tatanan sosial dan harmoni yang diyakini oleh individu yang bertindak dalam peran tertentu yang telah ditentukan dan fungsi tertentu.
Profesi medis adalah untuk bertindak sebagai lembaga diperlukan kontrol sosial, atau wali moral masyarakat, menggunakan kekuatannya untuk membedakan antara normalitas dan penyimpangan seperti pada sejarah awal masa keberadaan pelayanan kesehatan zaman dahulu, yaitu sistem pelayanan di gereja-gereja.
Dalam menjalankan fungsi-fungsi sosialnya antara pasien dan dokter memiliki beberapa perbedaan dan sering bertentangan, kepentingan dokter, untuk melakukan tugas mereka dari profesional di tempat kerja medis, berusaha untuk mendapatkan penghasilan dan kemajuan dalam karir mereka. Pasien, untuk meringankan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang mengganggu kehidupan mereka. Sedangkan pasien, pasien sebagai pihak yang harus patuh, pasif dan bersyukur, sementara dokter direpresentasikan sebagai universal dermawan dan kompeten.
Penerapan perspektif sosial konstuksionisme ini dalam sosiologi dan sejarah secara umum disebut constructionism social. Meskipun pendekatan ini tentu bukan hal baru dalam sejarah teori sosiologi, dominasi pertumbuhan analisis pascastrukturalis isu seputar konsep realitas dan pengalaman tubuh di humaniora dan sosial medis telah memberikan energi yang terbarukan dan minat intelektual dalam penerapannya pada daerah sosiologi kesehatan dan penyakit setelah lama marjinalisasi.
Daerah-daerah baru yang menarik juga dibawa ke dalam konstruksionis sosial prespektif pertimbangan agak sebelumnya diabaikan dari masalah hubungan kekuasaan di tingkat makro, sehingga menggabungkan beberapa konsertasi dari perspektif ekonomi politik. Dalam versi terbaru dari konstruksionisme sosial yang mengadopsi dari buku sosiologi ini mengatakan bahwa kedokteran dan pelayanan kesehatan dianggap sebagai budaya. Untuk konstruksionis sosial meneliti aspek sosial biomedis, Perkembangan medis-ilmiah dan pengetahuan medis serta praktek adalah fokus. pendekatan konstruksionis sosial tidak selalu mempertanyakan realitas penyakit atau menyatakan sakit atau riwayat penyakit tubuh, hal tersebut hanya menekankan bahwa negara-negara ini dan sejarahnya diketahui dan ditafsirkan melalui kegiatan sosial dan karena itu harus diperiksa menggunakan analisis budaya dan sosial.
Ada berbagai posisi politik yang diambil oleh para sarjana dalam mengadopsi pendekatan konstruksionis sosial (Burry, 1986). Beberapa pandangan pengetahuan medis yang dianggap netral, sementara yang lain menekankan wacana fungsi kontrol sosial, dengan alasan bahwa pengetahuan dan praktik yang menyertainya memperkuat kepentingan posisi kuat dengan mengesampingkan orang lain. Gagasan bahwa obat bertindak sebagai sebuah institusi penting kontrol sosial tetap, namun penekanannya telah pindah dari kekuasaan medis sebagai pemeriksa, kekuasaan yang menindas sangat terlihat, berbasis berdaulat, untuk konseptualisasi kedokteran sebagai proses pengetahuan yang berubah dalam ruang dan waktu. Mereka yang menerapkan perspektif konstruksionis sosial berpendapat bahwa daya medis tidak hanya berada di lembaga-lembaga atau individu elit, tetapi digunakan oleh setiap individu dengan cara sosialisasi untuk menerima nilai dan norma perilaku.

H.    Persepsi Masyarakat Tentang Sehat Sakit
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat, hal ini dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, yang dapat dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.
Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masalalu di samping unsur sosial budaya. Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, tidak selalu bersifat obyektif. Oleh karena itu, petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kreteria medis yang obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu.

I.       Perilaku Sehat Sakit Pada Masyarakat
Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog seperti perilaku sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan disease, model penjelasan penyakit (explanatory model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses penyembuhan.
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi. Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehatpun subyektif sifatnya.
Anggota masyarakat yang merasakan penyakit akan menampilkan perilaku sakit. Menurut Mechanic perilaku sakit merupakan perilaku yang ada kaitannya dengan penyakit. Di bidang sosiologi kesehatan dikenal pula konsep lain yang berkaitan, yaitu perilaku upaya kesehatan. Tanggapan seseorang terhadap suatu penyakit ditentukan oleh berbagai faktor. Mechanic menyebutkan sepuluh faktor atau variabel yang mempengaruhi tanggapan baik si penderita sakit sendiri maupun orang lain terhadap situasi sakit seseorang.
Dalam sosiologi kesehatan dikenal perbedaan antara konsep disease dan illness. Bagi Conrad dan Kern disease merupakan gejala biofisiologi yang mempengaruhi tubuh. Menurut Field disease adalah konsep medis mengenai keadaan tubuh tidak normal yang menurut para ahli dapat diketahui dari tanda dan simtom tertentu. Sarwono merumuskan disease sebagai gangguan fungsi fisiologis organisme sebagai akibat infeksi atau tekanan lingkungan, baginya disease bersifat objektif. Bagi Conrad dan Kern illness adalah gejala sosial yang menyertai atau mengelilingi disease. Bagi Field illness adalah perasaan pribadi seseorang yang merasa kesehatannya terganggu. Sarwono merumuskan illness sebagai penilaian individu terhadap pengalaman menderita penyakit; baginya maupun bagi Field illness bersifat subjektif.
Muzaham menerjemahkan istilah disease menjadi penyakit, dan illness menjadi keadaan-sakit, sedangkan Sarwono pun menerjemahkan istilah disease menjadi penyakit, tetapi menerjemahkan istilah illness menjadi sakit. Dalam setiap masyarakat dijumpai suatu sistem medis. Menurut definisi Foster, sistem medis mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut. Foster mengidentifikasikan pula beberapa unsur universal dalam berbagai sistem medis tersebut. Penyakit merupakan suatu produk budaya.
                        Menurut Geest dalam masyarakat berbeda penyakit dinyatakan secara berbeda, dijelaskan secara berbeda, dan dikonstruksikan secara berbeda pula. Sejumlah pengamat masalah kesehatan mengemukakan bahwa penyakit merupakan konstruksi sosial. Contoh mengenai penyakit sebagai konstruksi sosial ini antara lain disajikan oleh Conrad dan Kern, yang membahas konstruksi sosial perempuan sebagai makhluk lemah dan tidak rasional yang terkungkung oleh faktor khas keperempuanan seperti organ reproduktif dan keadaan jiwa mereka, dan kecenderungan untuk mengkonstruksikan sindrom pramenstruasi dan menopause sebagai gangguan kesehatan yang memerlukan terapi khusus. Contoh berikut disajikan oleh Diederiks, Joosten dan Vlaskamp, yang mengkhususkan pembahasan mereka pada konstruksi sosial cacat fisik dan mental.


J.      Contoh Sosiologi Kesehatan Sebagai Ilmu
1.      Orang China percaya bahwa dua prinsip dasar dunia, Kekuatan Yin dan Yang, mengatur dunia dan memberikan kekuatan pada manusia. Berbagai bagian tubuh dikaitkan dengan prinsip Yin dan Yang.
2.      Pengobatan, jamu-jamuan, dan obat-obatan tradisional bertujuan untuk menyeimbangkan kekuatan Yin dan Yang.
3.      Orang Jepang lebih suka menggunakan komunikasi non verbal, mereka menghargai kesunyian
4.      Dalam berkomunikasi dengan orang Jepang, perawat sebaiknya menghindari kontak mata secara langsung, karena ekspresi emosi, tertawa atau tersenyum mungkin menunjukkan sikap marah atau sedih.
5.      Orang Asia melibatkan berbagai sumber perawatan kesehatan, termasuk Kedokteran Barat. Berbagai jenis pengobatan orang Asia antara lain jamu-jamuan/herbal, akupungtur, akupresur, pengerokan, pencubitan, penyedotan darah/kop.
6.      Bagi orang-orang Spanyol, Kuba, Amerika Tengah dan Selatan, Meksiko, Pulau Karibia, mereka memandang kesehatan yg bagus adalah sebagai hasil keberuntungan / nasib kesehatan hadiah dari Tuhan atas perilaku mereka yg baik.
Gangguan kesehatan berarti hukuman dari Tuhan atas dosa-dosanya.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Konsep sehat dilihat dari segi sosial, berarti kemampuan untuk membuat dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. Sosiologi umum orang sehat adalah orang yang seimbang nutrisi, aktivitas, emosi, dan lingkungan, juga sehat secara sosial. Sedangkan orang sakit yaitu keadaan dimana tidak terdapat keseimbangan eksistensi manusia sehingga muncul ketidak lancaran dalam menjalankan fungsinya sebagai manusia. Jadi, orang sakit pasti memerlukan pertolongan orang lain, sedangkan orang sehat adalah orang yang mampu memberikan bantuan pada orang lain. Menurut penjelasan tersebut maka jelas bahwa seorang perawat kesehatan perlu memperhatikan pasien secara baik, yaitu dengan cara melakukan pendekatan kemanusiaan pada seorang pasien. Proses penyembuhan atau promosi kesehatan bisa dilakukan dengan menggunakan terapi makanan (nutrisi), emosi, dan sosial. Dukungan dari keluarga juga dapat memberikan motivasi tinggi bagi pasien untuk meraih kesembuhan.
Dengan terbangunnya individu-individu yang sehat akan mendukung terciptanya masyarakat yang sehat. Ciri dari sifat masyarakat yang sakit menurut perspektif sosiologi yaitu narsisme, individualitas tinggi, dan hilangnya rasionalitas mereka. Sedangkan ciri masyarakat sehat adalah adanya keterbukaan, daya cipta tinggi, rasional, dan adaptasi yang baik pada lingkungan. Sedangkan ciri masyarakat sehat menurut WHO dari ukuran kuantitatif yaitu angka harapan hidup, kematian bayi, mortalitas, kematian ibu dan anak, serta angka kelahiran menurun. Dari sisi pelayanan, rasio tenaga kesehatan antara lain penduduk, distribusi tenaga kesehatan, dan sarana kebutuhan.
Agar dapat memahami bagaimana sistem sosial yang berkembang di masyarakat, maka perlu pemahaman mengenai apa yang dipakai acuan oleh masyarakat dalam bertindak dan bertingkah laku baik itu kepercayaan, nilai, norma, ataupun kelompok acuan dalam masyarakat itu sendiri. Karena acuan tersebut tidak dalam bentuk tertulis maka sifatnya adalah dinamis dalam artian norma, ataupun nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu, yang tentunya juga mempengaruhi kebudayaan serta perilaku individu/kelompok masyarakat. Perubahan tersebut dapat terjadi karena pengaruh dari budaya luar yang ketika bertemu dengan kebudayaan daerah mengalami berbagai bentuk proses apakah itu difusi, akulturasi, asimilasi, maupun konformitas.

B.     SARAN
1.      Bagi Masyarakat
Diharapkan untuk terbuka dan percaya dengan pemberi pelayanan kesehatan. Sehingga masyarakat dapat merubah perilakunya yang untuk mencegah sakit dari pada mengobati dan tidak terlalu mengkaitkan sosial budaya dengan penyakit karena biar bagaimanapun, bila salah satu anggota keluarga terdapat gejala penyakit sebaiknya dibawa ke puskesmas atau pelayanan kesehatan yang lainnya.

2.      Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan untuk tetap memperhatikan kesehatan masyarakat supaya negara kita terhindar dari berbagai macam penyakit. Dari pihak tenaga kesehatan juga diharapkan memberikan penyuluhan kepada masyarakat awam mengenai promosi kesehatan secara komprehensif.
Bagi seorang dokter atau tenaga kesehatan diharapkan mampu mengembangkan sikap verstehen yaitu kemampuan untuk menyelami apa yang dirasakan oleh pasien atau masyarakat itu sendiri.