Rabu, 04 November 2015

Resume Tugas Filsafat vs Thesis

Kegunaan filsafat dalam ilmu kesehatan masyarakat adalah sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk mencari, meninjau, mengamati dan menyelidiki setiap masalah ataupun kejadian yang terjadi di masyarakat yang termasuk dalam ruang lingkup kesehatan masyarakat. Masalah tersebut diselidiki secara sistematis dengan lebih dalam untuk mendapatkan kebenaran, solusi ataupun pencegahannya. Selain itu, dengan berfilsafat kita juga berpikir dengan lebih logis dan radikal sehingga setiap ide dan tindakan yang diperbuat dapat lebih terarah dan bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Salah satu ruang lingkup kesehatan masyarakat yaitu kesehatan ibu dan anak. Jika suatu daerah memiliki masalah dengan kesehatan ibu dan maka kita akan menyelidiki apa penyebab kesehatan ibu dan anak menurun, akibat yang ditimbulkannya, dampak baik secara langsung maupun tidak langsung serta solusi atau tindakan yang dilakukan untuk meminimalisir masalah kesehatan ibu dan anak bahkan menghilangkannya. Semua hal tersebut dapat dilakukan dengan berfilsafat.
Dalam filsafat, objek materia adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, ada dengan sendirinya yaitu yang diserap oleh indera manusia, akibat keberadaan yang lainnya. Objek forma adalah pencarian terhadap yang ada dan yang mungkin ada secara kontemplatif pada permasalahan yang tidak dapat dijangkau oleh pendekatan empiris dan observatif yang biasa dalam sains.
Objek materianya adalah ilmu kesehatan masyarakat. Sedangkan objek formanya adalah aksiologi berasal dari kata axios yang berarti nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos yang berarti akal atau teori. Oleh karena itu, aksiologi dapat diartikan sebagai teori mengenai sesuatu yang bernilai. Dalam cabang ini, salah satu yang paling mendapatkan perhatian adalah masalah etika/kesusilaan. Aksiologi dalam penelitian ini adalah perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Dalam etika, obyek materialnya adalah perilaku ibu yang dilakukan secara sadar untuk memberikan ASI eksklusif. Sedangkan obyek formalnya adalah pengertian mengenai baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral dari suatu perilaku manusia.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk kesehatan bayi. ASI harus diberikan secara eksklusif, yaitu diberikan sejak lahir selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta terhindar dari bahaya kesehatan (Sulistyoningsih, 2011).
Manfaat pemberian ASI eksklusif selain untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, juga dapat meningkatkan IQ (Intelligence Quotient) karena terdapat kandungan DHA (Decosahexoid Acid) dan AA (Arachidonic Acid) pada ASI yang merupakan asam lemak tak jenuh berantai panjang yang jumlahnya sangat menjamin untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak (Riksani, 2012).
Resiko yang terjadi pada bayi apabila tidak diberikan Air Susu Ibu adalah terjadinya penyakit infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran pernafasan dan infeksi telinga, juga dapat meningkatkan terjadinya penyakit non infeksi seperti penyakit alergi, obesitas, kurang gizi, asma (Prasetyono, 2009). Penyebab tingginya AKB disebabkan oleh karena banyak hal, salah satunya adalah dari faktor status gizi bayi. Status gizi bayi dapat ditingkatkan melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. ASI dapat mencegah kematian balita sebanyak 13%. (Roesli, 2009).
Masih rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa hal, terutama masih terbatasnya tenaga konselor menyusui di fasilitas pelayanan kesehatan, belum maksimalnya kegiatan edukasi, advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI,  ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI serta belum optimalnya pembinaan kelompok pendukung ibu menyusui (Depkes RI, 2013). Direktur Bina Gizi Kementrian Kesehatan RI menyatakan bahwa rendahnya cakupan ASI dipengaruhi fasilitas yang ada di lingkungan kerja para ibu (Widiyani, 2013).
Ruang lingkup dalam kesehatan masyarakat dalam permasalahan ASI eksklusif adalah promotif yaitu upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif agar anak memperoleh kekebalan tubuhnya. Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan, misalnya diberikan penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu dan bayi. Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan, misalnya memberikan dukungan tenaga kesehatan untuk menggalakkan program ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Upaya rehabilitatif, yaitu pemerintah membangun pojok ASI sebagai fasilitas ruang untuk menyusui.
Salah  satu  upaya  untuk  meningkatkan cakupan  pemberian  ASI  eksklusif  adalah  dengan promosi  kesehatan. Promosi  kesehatan  tidak  hanya menyadarkan masyarakat atau meningkatkan pengetahuan   masyarakat tentang kesehatan tetapi terdapat  usaha  untuk memfasilitasinya dengan tujuan perubahan  perilaku  masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian  yang dilakukan Emilia (2009) menunjukkan,  bahwa  terdapat pengaruh  yang  signifikan  antara  pengetahuan  dan sikap  ibu  terhadap  pemberian  ASI  eksklusif  dengan media poster dan leaflet.
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika (TV, radio, komputer, dan sebagainya) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatana. Media tersebut disebut media promosi kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3, yakni media cetak, elektronik, dan papan (Notoatmodjo, 2010).
Hasil observasi terhadap perilaku ibu saat menyusui adalah kebanyakan ibu jarang mencuci tangan terlebih dahulu saat menyusui, ASI hanya diberikan saat bayinya menangis dan ibu jarang menyendawakan bayinya setelah selesai menyusu. Selain ASI, bayi juga diberi makanan atau minuman pendamping karenakan masih kuatnya budaya yang beranggapan bahwa jika hanya diberikan ASI saja kebutuhan nutrisi bayi tidak cukup terpenuhi sehingga diberikan susu formula, madu, pisang, air tajin. ASI tidak dapat keluar dan ibu ha/rus kembali kerja menjadi alasan tidak diberikan ASI eksklusif, padahal  walaupun ibu  bekerja  tetap  dapat  memberikan ASI  eksklusif  kepada  bayinya dengan  cara  memeras  ASI  dan disimpan  di  freezer  agar  dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja. Selain  itu  dengan  ibu memberikan  tambahan  makanan kepada  bayi  agar  ibu  dapat mengerjakan  pekerjaan  rumah, karena  ibu  berpikir  dengan memberikan  makanan  tambahan selain ASI agar bayi bisa tidur lebih lama.
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri, untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisasi tersebut, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Green, mengemukakan bahwa untuk mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan orang dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam perilaku dan faktor dari luar perilaku. Perilaku terbentuk dari tiga faktor yaitu : Faktor predisposisi yang terdiri dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai, tradisi dan pendidikan. Faktor pemungkin yang teridir dari pekerjaan, fasilitas dan sarana prasarana pelayanan kesehatan, serta pendapatan keluarga. Faktor penguat yang terdiri dari dukungan keluarga, tokoh masyarakat, peraturan perundang-undangan, petugas kesehatan, dan dukungan suami.
Untuk mengetahui upaya pencegahan berupa media promosi kesehatan berpengaruh atau tidak terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif diperlukan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Dilihat dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif.
Dalam penelitian ini akan menggunakan sarana berpikir ilmiah berupa statistik yang mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula. Dalam hal ini akan menguji hipeotesis ada pengaruh  media promosi kesehatan terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif pre experimental design yaitu penelitian yang kondisinya belum eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen (Sugiyono, 2015). Penelitian ini dengan pendekatan  cross  sectional  yaitu  variabel  sebab  dan akibat  yang  terjadi  pada  obyek  penelitian  diukur  dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu dan tidak ada follow up.
Jenis  rancangan  eksperimen  ini  menggunakan  rancangan  pre  eksperiment dengan  one  group  pre  test  –  post  test design,  yaitu  design  eksperimen  dimana tidak  ada  kelompok  pembanding  (control)  tetapi  paling  tidak  sudah  dilakukan observasi  pertama  (pre  test)  yang  memungkinkan  peneliti  dapat  menguji perubahan-perubahan  yang  terjadi  setelah  adanya  eksperimen  atau  program (Sulistyaningsih, 2011).
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan meminta ijin terlebih dahulu di instansi yang terkait serta meminta data untuk melengkapi keperluan peneltian. Penelitian ini dimulai dengan menentukan 2 kelompok ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dan bersedia menjadi responden serta mau menerima perlakuan. Responden diminta mengisi data-data untuk penelitian kemudian mengisi kuesioner pretest, kemudian membaca leaflet yang diberikan peneliti. Setelah selesai membaca leaflet, responden kembali mengisi kuesioner posttest pada kelompok 1. Kemudian pada kelompok 2 diberi pre test kemudian menonton video, dan mengisi post test.

Setelah semua data terkumpul dan penelitian selesai dilakukan maka dilakukan uji analisis data berupa analisis univariat, bivariat dan multivariat menggunakan uji statistik untuk menguji kebenaran hipotesis bahwa ada pengaruh media promosi kesehatan terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi. Dari analisis data akan menunjukkan bahwa setelah diberi perlakuan pemberian media promosi kesehatan akan mengubah  perilaku ibu baik jika mau memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya. Sebaliknya, perilaku ibu buruk jika tidak mau memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar