Kegunaan
filsafat dalam ilmu kesehatan masyarakat adalah sebagai suatu tindakan yang
dilakukan untuk mencari, meninjau, mengamati dan menyelidiki setiap masalah
ataupun kejadian yang terjadi di masyarakat yang termasuk dalam ruang lingkup
kesehatan masyarakat. Masalah tersebut diselidiki secara sistematis dengan
lebih dalam untuk mendapatkan kebenaran, solusi ataupun pencegahannya. Selain
itu, dengan berfilsafat kita juga berpikir dengan lebih logis dan radikal
sehingga setiap ide dan tindakan yang diperbuat dapat lebih terarah dan
bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Salah satu ruang
lingkup kesehatan masyarakat yaitu kesehatan ibu dan anak. Jika suatu daerah
memiliki masalah dengan kesehatan ibu dan maka kita akan menyelidiki apa
penyebab kesehatan ibu dan anak menurun, akibat yang ditimbulkannya, dampak
baik secara langsung maupun tidak langsung serta solusi atau tindakan yang dilakukan
untuk meminimalisir masalah kesehatan ibu dan anak bahkan menghilangkannya. Semua
hal tersebut dapat dilakukan dengan berfilsafat.
Dalam
filsafat, objek materia
adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada,
ada dengan sendirinya yaitu
yang diserap oleh indera manusia, akibat keberadaan yang lainnya.
Objek forma
adalah pencarian
terhadap yang ada dan yang mungkin ada secara kontemplatif pada permasalahan
yang tidak dapat dijangkau oleh pendekatan empiris dan observatif yang biasa
dalam sains.
Objek
materianya adalah ilmu kesehatan masyarakat. Sedangkan objek formanya adalah aksiologi
berasal dari kata axios yang berarti nilai atau sesuatu yang berharga, dan
logos yang berarti akal atau teori. Oleh karena itu, aksiologi dapat diartikan
sebagai teori mengenai sesuatu yang bernilai. Dalam cabang ini, salah satu yang
paling mendapatkan perhatian adalah masalah etika/kesusilaan. Aksiologi dalam penelitian ini adalah perilaku ibu
dalam pemberian ASI eksklusif. Dalam etika, obyek materialnya adalah perilaku
ibu yang dilakukan secara sadar untuk memberikan ASI eksklusif. Sedangkan obyek
formalnya adalah pengertian mengenai baik atau buruk, bermoral atau tidak
bermoral dari suatu perilaku manusia.
Air
Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk kesehatan bayi. ASI harus diberikan
secara eksklusif, yaitu diberikan sejak lahir selama 6 bulan, tanpa menambahkan
dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta terhindar dari bahaya
kesehatan (Sulistyoningsih, 2011).
Manfaat
pemberian ASI eksklusif selain untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, juga
dapat meningkatkan IQ (Intelligence
Quotient) karena terdapat kandungan DHA (Decosahexoid
Acid) dan AA (Arachidonic Acid) pada
ASI yang merupakan asam lemak tak jenuh berantai panjang yang jumlahnya sangat
menjamin untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak (Riksani, 2012).
Resiko
yang terjadi pada bayi apabila tidak diberikan Air Susu Ibu adalah terjadinya
penyakit infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran pernafasan dan infeksi
telinga, juga dapat meningkatkan terjadinya penyakit non infeksi seperti
penyakit alergi, obesitas, kurang gizi, asma (Prasetyono, 2009). Penyebab
tingginya AKB disebabkan oleh karena banyak hal, salah satunya adalah dari
faktor status gizi bayi. Status gizi bayi dapat ditingkatkan melalui pemberian
Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. ASI dapat mencegah kematian balita
sebanyak 13%. (Roesli, 2009).
Masih
rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa hal, terutama
masih terbatasnya tenaga konselor menyusui di fasilitas pelayanan kesehatan,
belum maksimalnya kegiatan edukasi, advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI
maupun MP-ASI, ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI serta
belum optimalnya pembinaan kelompok pendukung ibu menyusui (Depkes RI, 2013).
Direktur Bina Gizi Kementrian Kesehatan RI menyatakan bahwa rendahnya cakupan
ASI dipengaruhi fasilitas yang ada di lingkungan kerja para ibu (Widiyani,
2013).
Ruang
lingkup dalam kesehatan masyarakat dalam permasalahan ASI eksklusif adalah promotif
yaitu upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak,
kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif agar anak memperoleh kekebalan
tubuhnya. Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan, misalnya diberikan penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif bagi ibu dan bayi. Upaya kuratif bertujuan untuk
mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan, misalnya
memberikan dukungan tenaga kesehatan untuk menggalakkan program ASI eksklusif
sampai bayi berusia 6 bulan. Upaya rehabilitatif, yaitu
pemerintah membangun pojok ASI sebagai fasilitas ruang untuk menyusui.
Salah satu
upaya untuk meningkatkan cakupan pemberian
ASI eksklusif adalah
dengan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan tidak
hanya menyadarkan masyarakat atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan tetapi terdapat usaha
untuk memfasilitasinya dengan tujuan perubahan perilaku
masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang dilakukan Emilia (2009)
menunjukkan, bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara pengetahuan
dan sikap ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif
dengan media poster dan leaflet.
Media
promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media
cetak, elektronika (TV, radio, komputer, dan sebagainya) dan media luar ruang,
sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah
perilakunya ke arah positif terhadap kesehatana. Media tersebut disebut media
promosi kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya
sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3, yakni media
cetak, elektronik, dan papan (Notoatmodjo, 2010).
Hasil
observasi terhadap perilaku ibu saat menyusui adalah kebanyakan ibu jarang
mencuci tangan terlebih dahulu saat menyusui, ASI hanya diberikan saat bayinya
menangis dan ibu jarang menyendawakan bayinya setelah selesai menyusu. Selain
ASI, bayi juga diberi makanan atau minuman pendamping karenakan masih kuatnya
budaya yang beranggapan bahwa jika hanya diberikan ASI saja kebutuhan nutrisi
bayi tidak cukup terpenuhi sehingga diberikan susu formula, madu, pisang, air
tajin. ASI tidak dapat keluar dan ibu ha/rus kembali kerja menjadi alasan tidak
diberikan ASI eksklusif, padahal walaupun
ibu bekerja tetap
dapat memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya dengan cara
memeras ASI dan disimpan
di freezer agar
dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja. Selain itu
dengan ibu memberikan tambahan
makanan kepada bayi agar
ibu dapat mengerjakan pekerjaan
rumah, karena ibu berpikir
dengan memberikan makanan tambahan selain ASI agar bayi bisa tidur
lebih lama.
Perilaku
manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri,
untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa
yang dikerjakan oleh organisasi tersebut, baik dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2010).
Menurut
Green, mengemukakan bahwa untuk mencoba menganalisa perilaku manusia dari
tingkat kesehatan orang dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam perilaku dan
faktor dari luar perilaku. Perilaku terbentuk dari tiga faktor yaitu : Faktor
predisposisi yang terdiri dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai, tradisi dan pendidikan. Faktor pemungkin yang teridir dari pekerjaan,
fasilitas dan sarana prasarana pelayanan kesehatan, serta pendapatan keluarga.
Faktor penguat yang terdiri dari dukungan keluarga, tokoh masyarakat, peraturan
perundang-undangan, petugas kesehatan, dan dukungan suami.
Untuk mengetahui upaya pencegahan berupa media promosi
kesehatan berpengaruh atau tidak terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI
eksklusif diperlukan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan
alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan
metode ilmiah. Untuk dapat
melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang
berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Dilihat dari pola berpikirnya maka
ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka
penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif.
Dalam penelitian ini akan menggunakan sarana berpikir ilmiah
berupa statistik yang mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah
mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya
merupakan pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis yang
diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan
sarana berpikir ini dengan baik pula. Dalam hal ini akan menguji hipeotesis ada
pengaruh media promosi kesehatan
terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif.
Penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif pre
experimental design yaitu penelitian yang kondisinya belum eksperimen
sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh
terhadap terbentuknya variabel dependen (Sugiyono, 2015). Penelitian ini dengan
pendekatan cross sectional yaitu
variabel sebab dan akibat
yang terjadi pada
obyek penelitian diukur
dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu
kali waktu dan tidak ada follow up.
Jenis rancangan
eksperimen ini menggunakan
rancangan pre eksperiment dengan one group
pre test –
post test design, yaitu
design eksperimen dimana tidak
ada kelompok pembanding
(control) tetapi paling
tidak sudah dilakukan observasi pertama
(pre test) yang
memungkinkan peneliti dapat
menguji perubahan-perubahan
yang terjadi setelah
adanya eksperimen atau
program (Sulistyaningsih, 2011).
Pengumpulan
data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan meminta ijin terlebih dahulu di
instansi yang terkait serta meminta data untuk melengkapi keperluan peneltian.
Penelitian ini dimulai dengan menentukan 2 kelompok ibu yang memiliki bayi usia
0-6 bulan dan bersedia menjadi responden serta mau menerima perlakuan.
Responden diminta mengisi data-data untuk penelitian kemudian mengisi kuesioner
pretest, kemudian membaca leaflet
yang diberikan peneliti. Setelah selesai membaca leaflet, responden kembali
mengisi kuesioner posttest pada
kelompok 1. Kemudian pada kelompok 2 diberi pre test kemudian menonton video,
dan mengisi post test.
Setelah
semua data terkumpul dan penelitian selesai dilakukan maka dilakukan uji
analisis data berupa analisis univariat, bivariat dan multivariat menggunakan uji
statistik untuk menguji kebenaran hipotesis bahwa ada pengaruh media promosi
kesehatan terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi. Dari
analisis data akan menunjukkan bahwa setelah diberi perlakuan pemberian media
promosi kesehatan akan mengubah perilaku
ibu baik jika mau memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya. Sebaliknya,
perilaku ibu buruk jika tidak mau memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar