HUBUNGAN
SIKAP ORANG TUA DENGAN KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK TENTANG
PENDIDIKAN SEKS
REMAJA
DI SMP NEGERI 1 SEWON BANTUL
YOGYAKARTA
TAHUN 2014
Wiji Oktanasari, Tenti
Kurniawati
ABSTRAK
Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap orang tua dengan kualitas
komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif
korelasional dengan pendekatan waktu cross
sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel 70 responden.
Analisis data menggunakanSpearman Rank.Hasil
menunjukkan bahwap-value Spearman
Rank
sebesar 0,261 dan nilai signifikansi 0,029 (p < 0,05). Kesimpulannya ada hubungan antara sikap orang tua dengan
kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja di SMP
Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta tahun 2014.
PENDAHULUAN
Komunikasi
merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, orang lain baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai kesempatan dan tempat
tertentu, entah dalam keluarga, sekolah, atau masyarakat (Djamarah, 2004).
Komunikasi orang tua dan anak yang baik, dalam hal bagaimana orang tua
menyampaikan pendidikan seks kepada anak akan menimbulkan komunikasi yang
berkualitas antara orang tua dan anak (Amalia, 2010).
Situmorang
(2003, dalam Astuti 2013) menyatakan akhir-akhir ini, sebagian besar remaja
Indonesia sudah mempunyai kebebasan yang lebih besar dibandingkan generasi
sebelumnya. Mereka sudah bisa menentukan keinginannya untuk hidupnya sendiri
tanpa paksaan dari orang tua. Akibatnya banyak orang tua loss control kepada anaknya termasuk dalam penanaman nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berakibat pada menurunnya kadar
keimanan pada banyak remaja di Indonesia. Sehingga meskipun hubungan sexual
sebelum menikah adalah dosa, mereka tetap mengabaikannya.
Sebuah
survey menunjukkan bahwa dari 4.000 remaja usia 15-21 tahun, 67% sudah
melakukan hubungan sexual beresiko dengan pacarnya yang mengakibatkan kehamilan
tidak diinginkan. Padahal kehamilan dan persalinan pada usia remaja sangat
beresiko karena bisa berakibat pada kesakitan dan kematian pada ibu maupun
bayinya (Depkes, 2006). Di Indonesia, data menunjukkan bahwa kejadian KTD pada
remaja setiap tahunnnya yang disebabkan karena hubungan sexual yang tidak aman,
dan sebanyak 2.112 (48%) kasus penularan HIV/AIDS terjadi pada remaja.
Menurut data
Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2007)
menunjukkan bahwa remaja usia 13-18
tahun mendapatkan informasi tentang pendidikan seks dari media massa (68,25 %),
guru (12,25 %), orang tua (5,25 %), dan petugas kesehatan (3,5 %). Ini
menggambarkan bahwa ada kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak.
Pentingnya
pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya bersifat kodrati khususnya
pendidikan seks bagi remaja, sehingga pendidikan seks bagi remaja sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan dan pemahaman dalam mempersiapkan
diri menghadapi masa dewasa. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya
“ Muliakanlah anak-anak kalian dan
didiklah mereka budi pekerti yang baik. “ (HR.
Ibnu Majah dari Ibnu Abbas ra.).
Bagi sebagian
orang, seks hanya pantas dibicarakan secara pribadi oleh orang dewasa. Seks
masih dianggap tabu dan sangat tidak lumrah untuk dibicarakan baik untuk
anak-anak maupun anak remaja, padahal perkembangan seksual pada remaja
berlangsung paling cepat dari berbagai siklus kehidupan manusia, sehingga
penting bagi remaja untuk mengetahui perkembangan seksual yang dihadapinya
(Khalis, 2011).
Kebijakan
Pemerintah Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 36
tahun 2009 dalam BAB VII tentang kesehatan ibu, bayi, anak, remaja lanjut usia
dan penyandang cacat. Pasal 136 ayat 1menyebutkan bahwa upaya pemeliharaan
kesehatan reproduksiditujukan untuk mempersiapkan anak menjadi orang
dewasasehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi, salah satunya dengan
cara memberikan pendidikan seks kepada anak remaja.
Dari studi
pendahuluan di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta, dilakukan studi
pendahuluan tanggal 20 dan 21
Januari 2014 pada 10 orang tua siswa untuk mengetahui pendapat orang tua
tentang pendidikan seks yang diberikan pada anak remaja. Diperoleh hasil masih
terdapat orang tua yang memiliki sikap bahwa pendidikan seks itu tabu untuk
dibicarakan sehingga komunikasi antara orang tua dan anak tentang pendidikan
seks masih sangat terbatas. Sebanyak 7 orang tua menyatakan tidak setuju dan cenderung bila pendidikan seks itu diberikan kepada anak
remaja, karena remaja akan semakin ingin melakukan hubungan seks, bahkan sikap
orang tua cenderung menutupi informasi seputar seks kepada anak remajanya dan
menganggap anak akan mengetahui dengan sendirinya. Sedangkan 3 orang tua yang
lain, menyatakan setuju bila pendidikan seks diberikan kepada anak remaja karena pendidikan seks pada anak remaja perlu dan penting diberikan sejak dini.
Berdasarkan
uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah “ Adakah Hubungan Sikap Orang Tua dengan Kualitas Komunikasi Orang Tua
dan Anak tentang Pendidikan Seks Remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta
Tahun 2014? “.
Tujuan penelitian
ini adalah untuk
mengetahui hubungan sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan
anak tentang pendidikan seks remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta
Tahun 2014.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan penelitian non eksperimen karena peneliti tidak memberikan perlakuan
apapun kepada subyek penelitian. Metode yang digunakan adalah metode analitik
deskriptif korelasi yaitu peneliti akan menganalisa hubungan antara sikap orang
tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks
remaja. Pendekatan yang digunakan adalah cross
sectional dimana variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang
terjadi pada obyek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam
waktu bersamaan) (Notoatmodjo, 2007).
Populasi dan Sampel
Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek (benda)/subjek (orang) yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sulistyaningsih, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua siswa dan siswi kelas IX yang
berada di SMP N 1 Sewon Bantul Yogyakarta yang berjumlah 224 orang.
Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2013). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Teknik simple random sampling adalah teknik
pengambilan sampel dengan dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada, setiap subyek dari populasi memiliki peluang yang sama dan independen
(tidak tergantung) untuk terpilih ke dalam sampel.Menurut Sulistyaningsih
(2010) untuk populasi kecil atau kurang dari 10.000, dapat menggunakan rumus. Jadi
jumlah sampel dalam penelitian adalah 70 responden.
Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan
untuk pengumpulan data baik variabel bebas (sikap orang tua) dan variabel
terikat (kualitas komunikasi orang tua dan anak) adalah menggunakan kuesioner
tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
Jumlah pertanyaan yang diberikan berjumlah 34 soal yang sebelumnya telah diuji
validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat
ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Pengukuran validitas dilakukan
di SMP N 2 Sewon Bantul Yogyakarta pada bulan April 2014 sebanyak 20 responden.
Teknik yang digunakan adalah product
moment. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Pada
pernyataan sikap orang tua uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbachkarena mempunyai skor
nilai jawaban antara 0-4 (rating scale). Uji reliabilitas
pada variabel kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks
mengunakan rumus Spearman Brown
karena mempunyai skor nilai jawaban dikotomi.
Metode Analisa Data
Analisa univariate
untuk mengetahui proporsi pada masing- masing kategori selanjutnya dicari
presentasinya (Notoatmodjo, 2007). Pengujian hipotesis untuk mengetahui
hubungan sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang
pendidikan seks remaja. Analisa antara dua variabel (bivariate) dalam
penelitian ini menggunakan rumus Spearman
Rank dimana datanya berbentuk ordinal dan skala data ordinal (Sugiyono, 2013).
HASIL PENELITIAN
a.
Karakteristik
Responden Berdasarkan Pendidikan
Gambar
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan
gambar 3 menunjukkan bahwa paling banyak responden mempunyai pendidikan
terakhir yaitu SMA sebanyak 24 responden (34,3%) dan paling sedikit
mempunyai pendidikan terakhir yaitu D3 sebanyak 4 responden (5,7%).
b.
Karakteristik
Responden Berdasarkan Pekerjaan
Gambar
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan
gambar 4 menunjukkan bahwa paling banyak responden mempunyai pekerjaan buruh
sebanyak 30 responden (42,9%) dan paling sedikit mempunyai pekerjaan
PNS sebanyak 9 responden (12,9%).
c.
Karakteristik
Responden Berdasarkan Alamat Tempat Tinggal
Gambar
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Alamat
Berdasarkan
gambar 5 menunjukkan bahwa paling banyak responden bertempat tinggal di
Banguharjo sebanyak 21 responden (30,0%) dan paling sedikit bertempat tinggal
di Demangan, Kretek, dan Piyungan masing-masing sebanyak 1 responden (1,4 %).
Hubungan
Sikap Orang Tua dengan Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak Tentang Pendidikan
Seks Remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta Tahun 2014
Sikap
Orang Tua
|
Kualitas
Komunikasi
|
Total
|
Koefisien
Korelasi (ρ)
|
Sig
(p)
|
||||||
Kurang
|
Cukup
|
Baik
|
||||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|||
Kurang
|
3
|
4,3
|
3
|
4,3
|
6
|
8,5
|
12
|
17,1
|
0,261 0,029
|
|
Cukup
|
5
|
7,1
|
5
|
7,1
|
18
|
25,8
|
28
|
40,0
|
||
Baik
|
2
|
2,9
|
7
|
10,0
|
21
|
30,0
|
30
|
42,9
|
||
Jumlah
|
10
|
14,3
|
15
|
21,4
|
45
|
64,3
|
70
|
100,0
|
Berdasarkan
hasil analisis data diperoleh responden yang mempunyai sikap orang tua yang
baik dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks
remaja yang baik sebanyak 21 responden (30,0%). Sedangkan responden
dengan sikap orang tua yang baik dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak
tentang pendidikan seks remaja yang kurang baik sebanyak 2 responden (2,9 %).
Dari tabel di
atas dapat diperoleh pula bahwa koefisien korelasi Spearman Rank antara sikap orang tua dengan kualitas komunikasi
orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul
sebesar 0,261 yang menunjukkan tingkat hubungan lemah dan nilai signifikan (p)
adalah 0,029. Artinya, semakin baik sikap orang tua maka semakin baik kualitas
komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja. Karena signifikan
perhitungan yang diperoleh p value = 0,029 (p < 0,05), maka Ho ditolak dan
Ha yang menyatakan terdapat hubungan antara sikap orang tua dengan kualitas
komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja di SMP Negeri 1
Sewon Bantul Yogyakarta diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak
tentang pendidikan seks remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta tahun
2014.
PEMBAHASAN
1. Sikap Orang Tua tentang Pendidikan Seks
Remaja
Penelitian yang
telah dilakukan mendapatkan hasil bahwa sikap orang tua tentang pendidikan seks
pada remaja menunjukkan sebagian besar sikap baik yaitu 30 responden (42,9%)
dan sikap kurang baik yaitu 12 responden (17,1 %). Hasil penelitian ini
didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Sarwono (2011) bahwa masih ada
orang tua yang tidak mau terbuka atau berterus terang kepada anak-anak tentang
seks, sehingga seks dianggap tabu dan tidak pantas dibicarakan walaupun antara
orang tua dan anak-anaknya.
Sikap mentabukan
seks pada remaja jelaslah bahwa hanya akan mengurangi kemungkinan untuk
membicarakannnya secara terbuka namun tidak menghambat hubungan seks itu
sendiri. Hal ini akan semakin nyata bahwa frekuensi remaja yang sudah aktif
secara seksual lebih banyak di kota-kota besar dan terjadi pada remaja yang
hubungan dengan orang tuanya terganggu. Penelitian yang dilakukan di Hongkong
pada tahun 1981 mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka memperoleh
pengetahuannya terutama dari surat kabar, majalah, atau ceramah-ceramah tentang
seks. Hanya 11 % yang menyatakan bahwa mereka bisa bertanya pada orang tuanya
(FPA of Hongkong, 1981 dalam Sarwono, 2011). Penelitian ini mendukung
pentingnya sikap orang tua untuk memberikan
pendidikan seks sejak dini kepada anak.
2. Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak
tentang Pendidikan Seks Remaja
Hasil penelitian
tentang kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja
menunjukkan sebagian besar kualitas komunikasi antara orang tua dan anak baik
yaitu 45 responden (64,3 %), kualitas komunikasi orang tua dan anak kurang
yaitu 10 responden (14,3%).Hal ini didukung oleh pendapat Erni (2013) bahwa
permasalahan-permasalahan tidak tersampaikannya pendidikan seks pada anak
remaja awal oleh orang tua dikarenakan beberapa hal, diantaranya komunikasi
yang kurang optimal antara orang tua dan anak, sehingga menyebabkan anak
cenderung menutup diri dari permasalahan dirinya saat beranjak ke usia remaja.
Inilah titik awal, kesenjangan dan ketidakharmonisan komunikasi orang tua dan
anak yang menyebabkan anak akan mencari tahu sendiri hal-hal yang belum
diketahuinya dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan keamanannya.
3. Hubungan Sikap Orang Tua dengan Kualitas
Komunikasi Orang Tua dan Anak tentang Pendidikan Seks Remaja
Penelitian yang
telah dilakukan memberikan hasil bahwa ada hubungan secara statistik antara
sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak karena memiliki
taraf signifikansi p = 0,029 (p < 0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti semakin baik sikap orang tua,
maka semakin baik pula kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang
pendidikan seks remaja.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sikap orang tua yang baik dengan kualitas komunikasi orang
tua dan anak tentang pendidikan seks remaja yang baik sebanyak 21 responden
(30,0%).
Sedangkan responden dengan sikap orang tua kurang baik dan kualitas komunikasi
orang tua dan anak tentang pendidikan seks kurang adalah 3 responden (4,3 %).
Penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2010) dengan judul Hubungan Antara Komunikasi Orang
Tua-AnakMengenai Seksualitas dan Kontrol Diri denganPerilaku Seks
Pranikah(Studi Penelitian Di SMAN 1 Kademangan, Kabupaten Blitar). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi komunikasi orang tua dan
anak mengenai seksualitas, maka semakin tinggi pula kontrol diri dengan
perilaku seks pranikah.
Tinjauan islam
tentang cara berkomunikasi antara orang tua dan anak terdapat dalam Q.S.
An-Nisa ayat 9 yaitu :“Dan hendaklah
takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar (Q.S. An-Nisa : 9).” Ayat tersebut menjelaskan
bahwa sebagai orang tua memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya
serta mensejahterakan anaknya. Al-qur’an sendiri telah memberikan rambu-rambu
bagaimana menciptakan komunikasi yang sehat dalam keluarga, terutama kepada
anak-anak mereka. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak akan
menciptakan keharmonisan dalam keluarga.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Sebagian besar sikap orang tua tentang
pendidikan seks pada remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul dalam kategori baik
yaitu sebanyak 30 orang tua (42,9 %).
2.
Sebagian besar kualitas komunikasi orang
tua dan anak tentang pendidikan seks pada remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul
dalam kategori baik yaitu sebanyak 45 orang tua (64,3 %).
3.
Terdapat hubungan antara sikap orang tua
dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja di
SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta tahun 2014 dengan nilai p-value Spearman Rank sebesar 0,261 dan
nilai signifikansi 0,029 (p < 0,05).
Saran
1.
Bagi orang tua
Orang
tua dapat memberikan pengetahuan tentang pendidikan seks pada remaja sejak usia
dini, dengan cara meyakini bahwa pendidikan seks merupakan tanggung jawab orang
tua agar remaja tidak salah dalam mendapatkan informasi tentang pendidikan seks
yang dapat mempengaruhi remaja untuk melakukan penyimpangan seks.
2.
Bagi SMP Negeri 1 Sewon Bantul
SMP
Negeri 1 Sewon Bantul dapat bekerjasama dengan pendidikan kesehatan atau dinas
kesehatan untuk menyelenggarakan pendidikan kesehatan tentang seks secara
teratur. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pihak sekolah menyediakan jam
pelajaran untuk petugas kesehatan mengisi materi tentang kesehatan reproduksi
remaja, khususnya pendidikan seks pada remaja.
3.
Bagi Bidan
Bidan dapat memberikan informasi melalui
penyuluhan kepada orang tua tentang pentingya pendidikan seks pada remaja agar
orang tua dapat menerapkan pendidikan seks sejak dini kepada remaja di dalam
lingkungan keluarga.
4.
Bagi peneliti selanjutnya.
Peneliti
selanjutnya dapat melakukan penelitian, yang meneliti faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kualitas komunikasi orang tua dan anak seperti pendidikan orang
tua, pengalaman orang tua, informasi orang tua, sosial ekonomi orang tua, jarak
dan perpisahan orang tua. Peneliti selanjutnya juga dapat mempertimbangkan
metode kualitatif untuk mengeksplorasi lebih mendalam tentang kualitas
komunikasi orang tua dan anak dalam pendidikan seks sebagai perbandingan,
sehingga hasilnya dapat memberikan masukan yang lebih lengkap.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku
:
Arikunto, S. 2013. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Astuti, A.W. 2013. Kehamilan
Tidak Diinginkan (KTD) Pada Remaja Usia Sekolah Di Indonesia. Yogyakarta :
Misi Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Azwar,
S. 2011. Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
BKKBN dan UNFPA. 2006. Buku Sumber untuk Advokasi. Jakarta.
Cangara, H. 2009. Pengantar
Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Devito, J.A. 2011. Human
Communication – Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Professional Book.
Djamarah, S. 2004. Pola
Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga : Sebuah Perspektif Pendidikan
Islam. Jakarta : Rineka Cipta.
Fathullah. 2007. Komunikasi,
Etika dan Hubungan Antar Manusia. Semarang : Panji Duta Sarana.
Glasier,
A. & Gebbie, A. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
IBI.
2008. Standar Profesi Kebidanan. Jakarta: Pengurus Ikatan Bidan
Indonesia.
Khalis, I. 2011. Selain Nikmat, Seks itu Sangat
Menyehatkan. Yogyakarta : DIVA Press.
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan
Reproduksi Remaja dan Wanita. Bandung : Salemba Medika.
Liliweri, A. 2008. Dasar-dasar
Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Notoatmodjo,
S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurul. 2010. Pengaruh Penyuluhan Pendidikan Seks
terhadap Sikap tentang Perilaku Seksual pada Remaja kelas XI MAN 2 Yogyakarta.Yogyakarta
: STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Pinem,
S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media.
Rosyid, M. 2007. Pendidikan
Seks. Semarang : Syiar Media Publishing.
Sarwono,
S. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Shihab, Q. M. 2005. Tafsir
Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati.
Sugiyono. 2013. Statistika
untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sulistyaningsih. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Yogyakarta
: Graha Ilmu.
Suprapto, T. 2009. Pengantar
Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta : Media Pressindo.
Wawan, A. & M, Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran
Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
Yusuf, S. 2011. Psikologi
Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Skripsi, Thesis, Disertasi,
Laporan Penelitian :
Amalia, H. 2010. Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua-AnakMengenai
Seksualitas dan Kontrol Diri denganPerilaku Seks Pranikah (Studi Penelitian Di
SMAN 1 Kademangan, Kabupaten Blitar).Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Killander, H. F. 2008. Sex education in the school a study of objectives, content, methods,
materials, and evaluation. University of Virginia : Macmillan.
Nurul. 2010. Pengaruh Penyuluhan Pendidikan Seks
terhadap Sikap tentang Perilaku Seksual pada Remaja kelas XI MAN 2 Yogyakarta.Yogyakarta
: STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Purwati,
N. 2013. Hubungan Sikap Guru Tentang
Pendidikan Seks pada Remaja dengan Penerapan Pendidikan Seks di SMPN 1 Pajangan
Bantul. Yogyakarta : STIKES
‘Aisyiyah Yogyakarta.
Sapitri, P. Y. 2006. Hubungan Peran dan Pengetahuan Orang Tua
dalam Pendidikan Seks denganPerilaku Seksual Remajadi SMK Pariwisata Satya
Widya Surabaya.Surabaya :Universitas
Airlangga.
Internet :
BKKBN. 7 November 2010.
Perilaku Pacaran Remaja Mengkhawatirkan[Internet].
Available from : http://www.bkkbn.go.id[Accessed 20
Januari 2014].
Dyson, S. 2010. Parents
and Sex Education : Parent’s attitudes to sexual health education in Western
Australia school [Internet]. Australia : La Trobe University, Melbourne,
Australia. Available from : http://www.public.health.wa.gov.au/ [Accessed 18 Februari 2014].
Erni. 2013. Pendidikan
Seks Pada Remaja [Internet]. Available from : http://www.jurnalkes.poltekkesjakarta1.ac.id [Accessed 13 Februari 2014].
Hodijah. 2007. Hubungan
Antara Intensitas Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Motivasi Belajar Anak [Internet].
Available from : http://www.gunadarma.ac.id [Accessed 7 Februari 2014].
Isnaini, I. 2012. Hubungan
Kualitas Komunikasi dengan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII SMPN 2 Tuntang Semarang [Internet]. Available from : http://www.uksw.ac.id [Accessed 8 Februari 2014].
Kisara.
2012. Perlunya Pendidikan Seks Untuk
Remaja[Internet]. Available from : http://www.kisara.go.id[Accessed
13 Januari 2014].
Kompas. 17 Juni 2013. Orangtua
Enggan Beri Pendidikan Seks Pada Anak [Internet]. Available from : http://kompas.com [Accessed 7 Februari 2014].
Lindberg, L. D. 2011. Consequences
of Sex Education on Teen and Young Adult Sexual Behaviors and Outcomes
[Internet]. New York : The Guttmacher Institute. Available from : http://www.guttmacher.org/pubs/journals/j.jadohealth.2011.12.028.pdf [Accessed 18 Februari 2014].
Olakunbi, O & Akinjide, G.
2010. Who Breaks the Ice in Parent-Child Sexual Communication – Counselling
Implications for Adolescent Health and Development? [Internet].
International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE),
Volume 1, Issue 2, June 2010. Nigeria : Obafemi Awolowo University. Available
from : http://www.infonomics-society.org/ [Accessed 18 Februari 2014].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar