Selasa, 20 Oktober 2015

HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK TENTANG PENDIDIKAN SEKS REMAJA

HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK TENTANG PENDIDIKAN SEKS
REMAJA DI SMP NEGERI 1 SEWON BANTUL
YOGYAKARTA TAHUN 2014

Wiji Oktanasari, Tenti Kurniawati

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan waktu cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel 70 responden. Analisis data menggunakanSpearman Rank.Hasil menunjukkan bahwap-value Spearman Rank sebesar 0,261 dan nilai signifikansi 0,029 (p < 0,05). Kesimpulannya ada hubungan antara sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta tahun 2014.

PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai kesempatan dan tempat tertentu, entah dalam keluarga, sekolah, atau masyarakat (Djamarah, 2004). Komunikasi orang tua dan anak yang baik, dalam hal bagaimana orang tua menyampaikan pendidikan seks kepada anak akan menimbulkan komunikasi yang berkualitas antara orang tua dan anak (Amalia, 2010).
Situmorang (2003, dalam Astuti 2013) menyatakan akhir-akhir ini, sebagian besar remaja Indonesia sudah mempunyai kebebasan yang lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka sudah bisa menentukan keinginannya untuk hidupnya sendiri tanpa paksaan dari orang tua. Akibatnya banyak orang tua loss control kepada anaknya termasuk dalam penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berakibat pada menurunnya kadar keimanan pada banyak remaja di Indonesia. Sehingga meskipun hubungan sexual sebelum menikah adalah dosa, mereka tetap mengabaikannya.
Sebuah survey menunjukkan bahwa dari 4.000 remaja usia 15-21 tahun, 67% sudah melakukan hubungan sexual beresiko dengan pacarnya yang mengakibatkan kehamilan tidak diinginkan. Padahal kehamilan dan persalinan pada usia remaja sangat beresiko karena bisa berakibat pada kesakitan dan kematian pada ibu maupun bayinya (Depkes, 2006). Di Indonesia, data menunjukkan bahwa kejadian KTD pada remaja setiap tahunnnya yang disebabkan karena hubungan sexual yang tidak aman, dan sebanyak 2.112 (48%) kasus penularan HIV/AIDS terjadi pada remaja.
Menurut data Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2007) menunjukkan bahwa remaja usia 13-18 tahun mendapatkan informasi tentang pendidikan seks dari media massa (68,25 %), guru (12,25 %), orang tua (5,25 %), dan petugas kesehatan (3,5 %). Ini menggambarkan bahwa ada kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak.
Pentingnya pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya bersifat kodrati khususnya pendidikan seks bagi remaja, sehingga pendidikan seks bagi remaja sangat berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan dan pemahaman dalam mempersiapkan diri menghadapi masa dewasa. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka budi pekerti yang baik. (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas ra.).
Bagi sebagian orang, seks hanya pantas dibicarakan secara pribadi oleh orang dewasa. Seks masih dianggap tabu dan sangat tidak lumrah untuk dibicarakan baik untuk anak-anak maupun anak remaja, padahal perkembangan seksual pada remaja berlangsung paling cepat dari berbagai siklus kehidupan manusia, sehingga penting bagi remaja untuk mengetahui perkembangan seksual yang dihadapinya (Khalis, 2011).
Kebijakan Pemerintah Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 dalam BAB VII tentang kesehatan ibu, bayi, anak, remaja lanjut usia dan penyandang cacat. Pasal 136 ayat 1menyebutkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan reproduksiditujukan untuk mempersiapkan anak menjadi orang dewasasehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi, salah satunya dengan cara memberikan pendidikan seks kepada anak remaja.
Dari studi pendahuluan di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta, dilakukan studi pendahuluan tanggal 20 dan 21 Januari 2014 pada 10 orang tua siswa untuk mengetahui pendapat orang tua tentang pendidikan seks yang diberikan pada anak remaja. Diperoleh hasil masih terdapat orang tua yang memiliki sikap bahwa pendidikan seks itu tabu untuk dibicarakan sehingga komunikasi antara orang tua dan anak tentang pendidikan seks masih sangat terbatas. Sebanyak 7 orang tua menyatakan tidak setuju dan cenderung bila pendidikan seks itu diberikan kepada anak remaja, karena remaja akan semakin ingin melakukan hubungan seks, bahkan sikap orang tua cenderung menutupi informasi seputar seks kepada anak remajanya dan menganggap anak akan mengetahui dengan sendirinya. Sedangkan 3 orang tua yang lain, menyatakan setuju bila pendidikan seks diberikan kepada anak remaja karena pendidikan seks pada anak remaja perlu dan penting diberikan sejak dini.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Adakah Hubungan Sikap Orang Tua dengan Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak tentang Pendidikan Seks Remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta Tahun 2014? “.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta Tahun 2014.



METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen karena peneliti tidak memberikan perlakuan apapun kepada subyek penelitian. Metode yang digunakan adalah metode analitik deskriptif korelasi yaitu peneliti akan menganalisa hubungan antara sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional dimana variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada obyek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu bersamaan) (Notoatmodjo, 2007).

Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek (benda)/subjek (orang) yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sulistyaningsih, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua siswa dan siswi kelas IX yang berada di SMP N 1 Sewon Bantul Yogyakarta yang berjumlah  224 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada, setiap subyek dari populasi memiliki peluang yang sama dan independen (tidak tergantung) untuk terpilih ke dalam sampel.Menurut Sulistyaningsih (2010) untuk populasi kecil atau kurang dari 10.000, dapat menggunakan rumus. Jadi jumlah sampel dalam penelitian adalah 70 responden.

Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data baik variabel bebas (sikap orang tua) dan variabel terikat (kualitas komunikasi orang tua dan anak) adalah menggunakan kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Jumlah pertanyaan yang diberikan berjumlah 34 soal yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Pengukuran validitas dilakukan di SMP N 2 Sewon Bantul Yogyakarta pada bulan April 2014 sebanyak 20 responden. Teknik yang digunakan adalah product moment. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya  atau dapat diandalkan. Pada pernyataan sikap orang tua uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbachkarena mempunyai skor nilai jawaban antara 0-4 (rating scale). Uji reliabilitas pada variabel kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks mengunakan rumus Spearman Brown karena mempunyai skor nilai jawaban dikotomi.

Metode Analisa Data
Analisa univariate untuk mengetahui proporsi pada masing- masing kategori selanjutnya dicari presentasinya (Notoatmodjo, 2007). Pengujian hipotesis untuk mengetahui hubungan sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja. Analisa antara dua variabel (bivariate) dalam penelitian ini menggunakan rumus Spearman Rank dimana datanya berbentuk ordinal dan skala data ordinal  (Sugiyono, 2013).


HASIL PENELITIAN
a.        Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan gambar 3 menunjukkan bahwa paling banyak responden mempunyai pendidikan terakhir yaitu SMA sebanyak 24 responden (34,3%) dan paling sedikit mempunyai pendidikan terakhir yaitu D3 sebanyak 4 responden (5,7%).

b.        Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan gambar 4 menunjukkan bahwa paling banyak responden mempunyai pekerjaan buruh sebanyak 30 responden (42,9%) dan paling sedikit mempunyai pekerjaan PNS sebanyak 9 responden (12,9%).

c.         Karakteristik Responden Berdasarkan Alamat Tempat Tinggal

Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Alamat
Berdasarkan gambar 5 menunjukkan bahwa paling banyak responden bertempat tinggal di Banguharjo sebanyak 21 responden (30,0%) dan paling sedikit bertempat tinggal di Demangan, Kretek, dan Piyungan masing-masing sebanyak 1 responden (1,4 %).

Hubungan Sikap Orang Tua dengan Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak Tentang Pendidikan Seks Remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta Tahun 2014

Sikap Orang Tua
Kualitas Komunikasi

Total
Koefisien Korelasi (ρ)
Sig (p)
Kurang
Cukup
Baik
F
%
F
%
F
%
F
%
Kurang
3
4,3
3
4,3
6
8,5
12
17,1

     0,261      0,029
Cukup
5
7,1
5
7,1
18
25,8
28
40,0
Baik
2
2,9
7
10,0
21
30,0
30
42,9
Jumlah
10
14,3
15
21,4
45
64,3
70
100,0
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh responden yang mempunyai sikap orang tua yang baik dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja yang baik sebanyak 21 responden (30,0%). Sedangkan responden dengan sikap orang tua yang baik dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja yang kurang baik sebanyak 2 responden (2,9 %).
Dari tabel di atas dapat diperoleh pula bahwa koefisien korelasi Spearman Rank antara sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul sebesar 0,261 yang menunjukkan tingkat hubungan lemah dan nilai signifikan (p) adalah 0,029. Artinya, semakin baik sikap orang tua maka semakin baik kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja. Karena signifikan perhitungan yang diperoleh p value = 0,029 (p < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha yang menyatakan terdapat hubungan antara sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta tahun 2014.


PEMBAHASAN
1.    Sikap Orang Tua tentang Pendidikan Seks Remaja
Penelitian yang telah dilakukan mendapatkan hasil bahwa sikap orang tua tentang pendidikan seks pada remaja menunjukkan sebagian besar sikap baik yaitu 30 responden (42,9%) dan sikap kurang baik yaitu 12 responden (17,1 %). Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Sarwono (2011) bahwa masih ada orang tua yang tidak mau terbuka atau berterus terang kepada anak-anak tentang seks, sehingga seks dianggap tabu dan tidak pantas dibicarakan walaupun antara orang tua dan anak-anaknya.
Sikap mentabukan seks pada remaja jelaslah bahwa hanya akan mengurangi kemungkinan untuk membicarakannnya secara terbuka namun tidak menghambat hubungan seks itu sendiri. Hal ini akan semakin nyata bahwa frekuensi remaja yang sudah aktif secara seksual lebih banyak di kota-kota besar dan terjadi pada remaja yang hubungan dengan orang tuanya terganggu. Penelitian yang dilakukan di Hongkong pada tahun 1981 mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka memperoleh pengetahuannya terutama dari surat kabar, majalah, atau ceramah-ceramah tentang seks. Hanya 11 % yang menyatakan bahwa mereka bisa bertanya pada orang tuanya (FPA of Hongkong, 1981 dalam Sarwono, 2011). Penelitian ini mendukung pentingnya sikap orang tua untuk memberikan  pendidikan seks sejak dini kepada anak.

2.    Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak tentang Pendidikan Seks Remaja
Hasil penelitian tentang kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja menunjukkan sebagian besar kualitas komunikasi antara orang tua dan anak baik yaitu 45 responden (64,3 %), kualitas komunikasi orang tua dan anak kurang yaitu 10 responden (14,3%).Hal ini didukung oleh pendapat Erni (2013) bahwa permasalahan-permasalahan tidak tersampaikannya pendidikan seks pada anak remaja awal oleh orang tua dikarenakan beberapa hal, diantaranya komunikasi yang kurang optimal antara orang tua dan anak, sehingga menyebabkan anak cenderung menutup diri dari permasalahan dirinya saat beranjak ke usia remaja. Inilah titik awal, kesenjangan dan ketidakharmonisan komunikasi orang tua dan anak yang menyebabkan anak akan mencari tahu sendiri hal-hal yang belum diketahuinya dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan keamanannya.
3.    Hubungan Sikap Orang Tua dengan Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak tentang Pendidikan Seks Remaja
Penelitian yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa ada hubungan secara statistik antara sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak karena memiliki taraf signifikansi p = 0,029 (p < 0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti semakin baik sikap orang tua, maka semakin baik pula kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap orang tua yang baik dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja yang baik sebanyak 21 responden (30,0%). Sedangkan responden dengan sikap orang tua kurang baik dan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks kurang adalah 3 responden (4,3 %).
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2010) dengan judul Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua-AnakMengenai Seksualitas dan Kontrol Diri denganPerilaku Seks Pranikah(Studi Penelitian Di SMAN 1 Kademangan, Kabupaten Blitar). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi komunikasi orang tua dan anak mengenai seksualitas, maka semakin tinggi pula kontrol diri dengan perilaku seks pranikah.
Tinjauan islam tentang cara berkomunikasi antara orang tua dan anak terdapat dalam Q.S. An-Nisa ayat 9 yaitu :“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (Q.S. An-Nisa : 9).” Ayat tersebut menjelaskan bahwa sebagai orang tua memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya serta mensejahterakan anaknya. Al-qur’an sendiri telah memberikan rambu-rambu bagaimana menciptakan komunikasi yang sehat dalam keluarga, terutama kepada anak-anak mereka. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak akan menciptakan keharmonisan dalam keluarga.


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Sebagian besar sikap orang tua tentang pendidikan seks pada remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul dalam kategori baik yaitu sebanyak 30 orang tua (42,9 %).
2.      Sebagian besar kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks pada remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul dalam kategori baik yaitu sebanyak 45 orang tua (64,3 %).
3.      Terdapat hubungan antara sikap orang tua dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak tentang pendidikan seks remaja di SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta tahun 2014 dengan nilai p-value Spearman Rank sebesar 0,261 dan nilai signifikansi 0,029 (p < 0,05).
Saran
1.        Bagi orang tua
Orang tua dapat memberikan pengetahuan tentang pendidikan seks pada remaja sejak usia dini, dengan cara meyakini bahwa pendidikan seks merupakan tanggung jawab orang tua agar remaja tidak salah dalam mendapatkan informasi tentang pendidikan seks yang dapat mempengaruhi remaja untuk melakukan penyimpangan seks.
2.        Bagi SMP Negeri 1 Sewon Bantul
SMP Negeri 1 Sewon Bantul dapat bekerjasama dengan pendidikan kesehatan atau dinas kesehatan untuk menyelenggarakan pendidikan kesehatan tentang seks secara teratur. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pihak sekolah menyediakan jam pelajaran untuk petugas kesehatan mengisi materi tentang kesehatan reproduksi remaja, khususnya pendidikan seks pada remaja.
3.        Bagi Bidan
Bidan dapat memberikan informasi melalui penyuluhan kepada orang tua tentang pentingya pendidikan seks pada remaja agar orang tua dapat menerapkan pendidikan seks sejak dini kepada remaja di dalam lingkungan keluarga.
4.        Bagi peneliti selanjutnya.
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian, yang meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas komunikasi orang tua dan anak seperti pendidikan orang tua, pengalaman orang tua, informasi orang tua, sosial ekonomi orang tua, jarak dan perpisahan orang tua. Peneliti selanjutnya juga dapat mempertimbangkan metode kualitatif untuk mengeksplorasi lebih mendalam tentang kualitas komunikasi orang tua dan anak dalam pendidikan seks sebagai perbandingan, sehingga hasilnya dapat memberikan masukan yang lebih lengkap.

DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Astuti, A.W. 2013. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) Pada Remaja Usia Sekolah Di Indonesia. Yogyakarta : Misi Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
BKKBN dan UNFPA. 2006. Buku Sumber untuk Advokasi. Jakarta.
Cangara, H. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Devito, J.A. 2011. Human Communication – Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Professional Book.
Djamarah, S. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga : Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta : Rineka Cipta.
Fathullah. 2007. Komunikasi, Etika dan Hubungan Antar Manusia. Semarang : Panji Duta Sarana.
Glasier, A. & Gebbie, A. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
IBI. 2008. Standar Profesi Kebidanan. Jakarta: Pengurus Ikatan Bidan Indonesia.
Khalis, I. 2011. Selain Nikmat, Seks itu Sangat Menyehatkan. Yogyakarta : DIVA Press.
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Bandung : Salemba Medika.
Liliweri, A. 2008. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurul. 2010. Pengaruh Penyuluhan Pendidikan Seks terhadap Sikap tentang Perilaku Seksual pada Remaja kelas XI MAN 2 Yogyakarta.Yogyakarta : STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media.
Rosyid, M. 2007. Pendidikan Seks. Semarang : Syiar Media Publishing.
Sarwono, S. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Shihab, Q. M. 2005. Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati.
Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sulistyaningsih. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suprapto, T. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta : Media Pressindo.
Wawan, A. & M, Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
Yusuf, S. 2011. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Skripsi, Thesis, Disertasi, Laporan Penelitian :
Amalia, H. 2010. Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua-AnakMengenai Seksualitas dan Kontrol Diri denganPerilaku Seks Pranikah (Studi Penelitian Di SMAN 1 Kademangan, Kabupaten Blitar).Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Killander, H. F. 2008. Sex education in the school a study of objectives, content, methods, materials, and evaluation. University of Virginia : Macmillan.
Nurul. 2010. Pengaruh Penyuluhan Pendidikan Seks terhadap Sikap tentang Perilaku Seksual pada Remaja kelas XI MAN 2 Yogyakarta.Yogyakarta : STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Purwati, N. 2013. Hubungan Sikap Guru Tentang Pendidikan Seks pada Remaja dengan Penerapan Pendidikan Seks di SMPN 1 Pajangan Bantul. Yogyakarta : STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Sapitri, P. Y. 2006. Hubungan Peran dan Pengetahuan Orang Tua dalam Pendidikan Seks denganPerilaku Seksual Remajadi SMK Pariwisata Satya Widya Surabaya.Surabaya :Universitas Airlangga.
Internet :
BKKBN. 7 November 2010. Perilaku Pacaran Remaja Mengkhawatirkan[Internet]. Available from : http://www.bkkbn.go.id[Accessed 20 Januari 2014].
Dyson, S. 2010. Parents and Sex Education : Parent’s attitudes to sexual health education in Western Australia school [Internet]. Australia : La Trobe University, Melbourne, Australia. Available from : http://www.public.health.wa.gov.au/ [Accessed 18 Februari 2014].
Erni. 2013. Pendidikan Seks Pada Remaja [Internet]. Available from : http://www.jurnalkes.poltekkesjakarta1.ac.id [Accessed 13 Februari 2014].
Hodijah. 2007. Hubungan Antara Intensitas Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Motivasi Belajar Anak [Internet]. Available from : http://www.gunadarma.ac.id [Accessed 7 Februari 2014].
Isnaini, I. 2012. Hubungan Kualitas Komunikasi dengan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 2 Tuntang Semarang [Internet]. Available from :  http://www.uksw.ac.id [Accessed 8 Februari 2014].
Kisara. 2012. Perlunya Pendidikan Seks Untuk Remaja[Internet]. Available from : http://www.kisara.go.id[Accessed 13 Januari 2014].
Kompas. 17 Juni 2013. Orangtua Enggan Beri Pendidikan Seks Pada Anak [Internet]. Available from : http://kompas.com [Accessed 7 Februari 2014].
Lindberg, L. D. 2011. Consequences of Sex Education on Teen and Young Adult Sexual Behaviors and Outcomes [Internet]. New York : The Guttmacher Institute. Available from :  http://www.guttmacher.org/pubs/journals/j.jadohealth.2011.12.028.pdf [Accessed 18 Februari 2014].
Olakunbi, O & Akinjide, G. 2010. Who Breaks the Ice in Parent-Child Sexual Communication – Counselling Implications for Adolescent Health and Development? [Internet]. International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE), Volume 1, Issue 2, June 2010. Nigeria : Obafemi Awolowo University. Available from : http://www.infonomics-society.org/ [Accessed 18 Februari 2014].




Tidak ada komentar:

Posting Komentar