BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dewasa ini banyak ditemukan berbagai macam penyakit gangguan pencernaan
seperti sembelit atau konstipasi, gastritis atau yang biasa dikenal dengan
sakit maag dan berbagai macam penyakit gangguan pencernaan lainnya.
Kontipasi atau sembelit merupakan salah satu bentuk gangguan percernaan
dimana individu mengalami perubahan dalam kebiasaan defekasi normal yang
dikarakteristikan dengan penurunan frekuensi dan atan pengeluaran feses yang
keras dan kering (Marrelli 2008). Penyebab umum konstipasi atau sembelit yang
berada disekitar kita antara lain karena sedang menjalankan ibadah puasa, kekurangan
cairan tubuh atau dehidrasi,
menderita panas dalam, stres dalam pekerjaan, aktivitas
yang padat, pengaruh hormon dalam tubuh, sedang dalam masa kehamilan,
kelainan anatomis pada
sistem pencernaan, gaya hidup yang
buruk, efek samping akibat meminum obat tertentu (misalnya obat antidiare,analgesik, dan antasida), kekurangan
asupan vitamin C,
disebakan oleh penyakit, menahan rangsangan untuk
buang air besar dalam jangka waktu yang lama dan seharusnya segera dikeluarkan
dan dibuang, kekurangan makanan berserat, karena usia lanjut, dan masih banyak
lainnya (Anonim 2010).
Konstipasi dapat ditemukan dalam bentuk obstipasi yaitu berupa kesulitan
defekasi akibat adanya ostruksi intra atau ekstralumen usus (misalnya karsinoma,
kalom sigmoid) (Staf Pengajar Dept Farmakologi UNSRI 2008). Obstipasi ini
sering terjadi pada bayi dan orang dewasa yang dikarenakan adanya gangguan usus
penyakuran makanan yang kurang baik padabayi.
Penanganan konstipasi atau obstipasi pada khususnya harus dimulai sejak
dini, karena dapat menyebabkan pendarahan pada saat defekasi dan juga haemorrhoid.
Oleh sebab itu penanganan dan pengobatan konstipasi harus dilakukan secepatnya
agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Obstipasi ?
2. Apa
saja macam-macam Obstipasi ?
3. Bagaimana
tanda gejala Obstipasi ?
4. Bagaimana
Etiologi dari Obstipasi ?
5. Bagaimana
Patofisiologi dari Obstipasi ?
6. Bagaimana
komplikasi dari Obstipasi ?
7. BagaimanacaramendiagnosisObstipasi ?
8. Bagaimana
penatalaksanaan dari Obstipasi ?
C.
Tujuan
Tujuan
Umum :
· Mahasiswa
dapat mengidentifikasi Obstipasi secara menyeluruh.
Tujuan
Khusus
:
1. Mahasiswa
dapat mengidentifikasi Obstipasi.
2. Mahasiswa
dapat mengidentifikasi macam-macam Obstipasi.
3. Mahasiswa
dapat mengetahui tanda gejala Obstipasi.
4. Mahasiswa
dapat mengidentifikasi Etiologi dari Obstipasi.
5. Mahasiswa
dapat mengidentifikasi Patofisiologi dari Obstipasi.
6. Mahasiswa
dapat mengidentifikasi komplikasi dari Obstipasi.
7. Mahasiswadapatmengetahuicaramendiagnosisobstipasi.
8. Mahasiswa
dapat mengidentifikasi penatalaksanaan dari Obstipasi.
BAB
II
ISI
ISI
A.
Pengertian
Obstipasi
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana
seorang manusia (atau
mungkin juga pada hewan) mengalami
pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit
untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada
penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga denganobstipasi.
Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang
berakibat fatal bagi penderitanya.
“Model tinja atau feses
1 (konstipasi kronis), 2 (konstipasi sedang) dan 3 (konstipasi ringan) dari Bristol Stool Chart yang menunjukkan tingkat konstipasi
atau sembelit”
Obstipasiberasaldaribahasa
Latin Obberartiin the way = perjalanandanStipare
yang berartito compress = menekan .Secaraistilahobstipasiadalahbentukkonstipasiparahdimanabiasanyadisebabkanolehterhalangnyapergerakanfesesdalamususbesar(adanyaobstruksiusus).
Secaraumum, Obstipasiadalahpengeluaranmekoniumtidakterjadipada
24 jam pertamasesudahkelahiranataukesulitanatauketerlambatanpadafaeces yang
menyangkutkonsistensifaecesdanfrekuensiberhajat.
Sedangkanpadaneonatuslanjutdidefinisikansebagaitidakadanyapengeluaranfesesselama
3 hari/lebih.
Ada
beberapavariasipadakebiasaanbuang air besar yang normal.Lebihdari 90%
bayibarulahirakanmengeluarkanmekoniumdalam 24 jam pertama,
sedangkansisanyaakanmengeluarkanmekoniumdalam 36 jam pertamakelahiran.
Jikahalinitidahterjadi, makaharusdipikirkanadanyaobstipasi. Akan tetapi,
harusdiingatbahwaketidakteraturandefekasibukanlahsuatuobstipasikarenapadabayi
yang menyusudapatterjadikeadaantanpadefekasiselama 5-7
haridantidakmenunjukkanadanyagangguanfeseskarenafesesakandikeluarkandalamjumlah
yang banyaksewaktudefekasi. Hal inimasihdikatakan normal.
B. Jenis-jenis obstipasi
Obstipasiada
2 macam :
1.
Obstipasi Total
Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau atau
flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapat rectum yang kosong, kecuali
jika obstruksi terdapat pada rectum.
2.
Obstipasi Parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar
selama beberapa hari, tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas.
Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.
C. Etiologi
Obstipasi disebabkan juga karena
sebagai berikut :
1.
Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus
meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus.
2.
Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus,
biasanya akibat penekanan usus oleh massa
intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
3.
Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan
makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih
tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
4.
Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada
penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.
D. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala obstipasi
disebabkan oleh :
1.
Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam
36 jam pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau
lebih.
2.
Sakit dan kejang pada perut.
3.
Bayi sering menangis.
4.
Susah tidur dan gelisah.
5.
Kadang-kadang muntah.
6.
Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak
berkontraksi).
7.
Bayi susah/tidak mau menyusui.
8.
Bising usus yang janggal.
E. Patofisiologi dan patogenesis
Padakeadaan normal sebagianbesarrektumdalamkeadaankosong,
kecualibilaadarefleksmasadarikolon yang mendorongfeseskedalamrektum yang
terjadisekaliataudua kali sehari.Hal
tersebutmemberikanstimulasipadaarkusaferendarirefleksdefekasi.Denganadanyastimulasipadaarkusaferentersebutakanmenyebabkankontraksiototdinding
abdomen sehinggaterjadilahdefekasi.
Mekanismeusus
yang normal terdiriatas 3 faktor, yaitusebagaiberikut :
a.
Asupan cairan yang adekuat.
b.
Kegiatan fisik dan mental.
c.
Jumlah asupan makanan berserat.
Dalamkeadaan normal, ketikabahanmakanan
yang akandicernamemasukikolon, air
daneletrolitdiabsorbsimelewatimembranpenyerapan.
Penyerapantersebutberakibatpadaperubahanbentukfeses, daribentukcairmenjadibahan
yang lunakdanberbentuk.Ketikafesesmelewatirektum, fesesmenekandindingrektumdanmerangsangdefekasi.
Apabilabayitidakmengkonsumsi
ASI (cairan) secaraadekuat, produksidaripencernaanlebihkeringdanpadat,
sertatidakdapatdengansegeradigerakkanolehgerakanperistaltikmenujurektum,
sehinggapenyerapanterjaditerus-meneerusdanfesesmenjadisemakinkering,
padatdansusahdikeluarkan, sertamenimbulkan rasa sakit. Ini yang
menyebabkabbayitidakbisa BAB danakanmenyebabkankemungkinanberkembangnyaluka.
Proses dapatterjadibilamenurunperistaltikususdsb. Hal
tersebutmenyebabkansisametabolismeberjalanlambat yang kemungkinanakanterjadipenyerapan
air yang berlebihan.
Bahanmakananberseratsangatdibutuhkanuntukmerangsangperistaltikususdanpergerakan
normal darimetabolismedalamsalurancernamenujukesaluran yang
lebihbesar.Sumbatanpadaususdapatjugamenyebabkabobstipasi.
F.
Komplikasi
Komplikasi
yang terjadipadapenderitaobstipasiadalahsebagaiberikut :
a.
Perdarahan
b.
Ulserasi
c.
Obstruksi parsial : Memilikiciripasientidakdapatbuang
air besarselamabeberapaharitetapikemudiandapatmengeluarkanfesesdisertai gas.
Keadaanobstruksiparsialkurangdaruratdaripadaobstruksi total.
d.
Diare intermiten(hilang-timbul)
e.
Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi
regangan rektum yang mengawali proses defekasi.
G.
Diagnosa Obstipasi
Obstipasi didiagnosa melalui cara:
1.
Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada gagal
untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah
termasuk obstruksi total atau partial. Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam
riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya
obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut,
dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan
berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat
obstruksi neoplasma. Anamnesis juga digunakan
untuk Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses
maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau
partial.
Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam akan riwayat penyakit
terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga
apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik
lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang
kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.
2.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti
inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa
abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.Obstruksi usus pada fase
lanjut tidak terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal
untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat
hernia inguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk
mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan
memberikan gambaran tentang isi rectum.
3.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi
yang menderita obstipasi adalah :
·
Pemeriksaan Hb
·
Pemeriksaan Urine
·
Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.
4.
Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau
tanpa bahan kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon.
Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan
terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat
digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
5.
Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah
(mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada
anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung
leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon
dan mennetukan sebab obstipasi.
H.
Penatalaksanaan
Penatalaksanan yang dilakukan adalah
:
a.
Mencari penyebab obstipasi
b.
Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal
dengan memperhatikan gizi, tambahan cairan, dan psikis.
c.
Pengosongan rektum jika tidak ada kemajuan setelah
dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosonganrektum bisa
dilakukan dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, obat-obatan dan
laksatif.
d. Usahakan
diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat, buah-buahan
dan sayur-sayuran.
e. Pemberian
laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja.
f. Peningkatan
intake cairan.
g. Bila
diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.
Penatalaksanaan Pengobatan Obstipasi
1.
Perawatan medis
Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan
elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah
muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit.
2.
Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab
obstruksi, dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi
obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana
jika terlambat dilakukan dapat mengakiabtkan perforasi usus karena peningkatan
tekanan feses yang besar.
3.
Diet
Pada obstruksi total dianjuran tidak makan apa-apa,
pada obstruksi parsial dapat diberikan makanan cair dan obat-obatan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konstipasi
merupakan salah satu bentuk gangguan percernaan dimana individu mengalami
perubahan dalam kebiasaan defekasi normal yang dikarakteristikan dengan
penurunan frekuensi dan atan pengeluaran feses yang keras dan kering. Salah
satu bentuk konstipasi yaitu obstipasi yang merupakan konstipasi akibat
obstruksi lumen usus. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras
dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh
akibat adanya feses atau gas dalam perut. Obstipasi dapat didiagnosis secara
klinis. Penanganan obstipasi dapat dilakukan dengan cara medis, operasi, maupun
diet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar