Kamis, 22 Oktober 2015

Asuhan pada Bayi dan Balita dengan Obstipasi

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dewasa ini banyak ditemukan berbagai macam penyakit gangguan pencernaan seperti sembelit atau konstipasi, gastritis atau yang biasa dikenal dengan sakit maag dan berbagai macam penyakit gangguan pencernaan lainnya.
Kontipasi atau sembelit merupakan salah satu bentuk gangguan percernaan dimana individu mengalami perubahan dalam kebiasaan defekasi normal yang dikarakteristikan dengan penurunan frekuensi dan atan pengeluaran feses yang keras dan kering (Marrelli 2008). Penyebab umum konstipasi atau sembelit yang berada disekitar kita antara lain karena sedang menjalankan ibadah puasa, kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi, menderita panas dalamstres dalam pekerjaan, aktivitas yang padat, pengaruh hormon dalam tubuh, sedang dalam masa kehamilan, kelainan anatomis pada sistem pencernaan, gaya hidup yang buruk, efek samping akibat meminum obat tertentu (misalnya obat antidiare,analgesik, dan antasida), kekurangan asupan vitamin C, disebakan oleh penyakit, menahan rangsangan untuk buang air besar dalam jangka waktu yang lama dan seharusnya segera dikeluarkan dan dibuang, kekurangan makanan berserat, karena usia lanjut, dan masih banyak lainnya (Anonim 2010).
Konstipasi dapat ditemukan dalam bentuk obstipasi yaitu berupa kesulitan defekasi akibat adanya ostruksi intra atau ekstralumen usus (misalnya karsinoma, kalom sigmoid) (Staf Pengajar Dept Farmakologi UNSRI 2008). Obstipasi ini sering terjadi pada bayi dan orang dewasa yang dikarenakan adanya gangguan usus penyakuran makanan yang kurang baik padabayi.
Penanganan konstipasi atau obstipasi pada khususnya harus dimulai sejak dini, karena dapat menyebabkan pendarahan pada saat defekasi dan juga haemorrhoid. Oleh sebab itu penanganan dan pengobatan konstipasi harus dilakukan secepatnya agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Obstipasi ?
2.      Apa saja macam-macam Obstipasi ?
3.      Bagaimana tanda gejala Obstipasi ?
4.      Bagaimana Etiologi dari Obstipasi ?
5.      Bagaimana Patofisiologi dari Obstipasi ?
6.      Bagaimana komplikasi dari Obstipasi ?
7.      BagaimanacaramendiagnosisObstipasi ?
8.      Bagaimana penatalaksanaan dari Obstipasi ?

C.    Tujuan
Tujuan Umum :
·      Mahasiswa dapat mengidentifikasi Obstipasi secara menyeluruh.
Tujuan Khusus :
1.      Mahasiswa dapat mengidentifikasi Obstipasi.
2.      Mahasiswa dapat mengidentifikasi macam-macam Obstipasi.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui tanda gejala Obstipasi.
4.      Mahasiswa dapat mengidentifikasi Etiologi dari Obstipasi.
5.      Mahasiswa dapat mengidentifikasi Patofisiologi dari Obstipasi.
6.      Mahasiswa dapat mengidentifikasi komplikasi dari Obstipasi.
7.      Mahasiswadapatmengetahuicaramendiagnosisobstipasi.
8.      Mahasiswa dapat mengidentifikasi penatalaksanaan dari Obstipasi.











BAB II
ISI
A.       Pengertian Obstipasi
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga denganobstipasi. Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b4/Bristol_Stool_Chart.png/250px-Bristol_Stool_Chart.png
“Model tinja atau feses 1 (konstipasi kronis), 2 (konstipasi sedang) dan 3 (konstipasi ringan) dari Bristol Stool Chart yang menunjukkan tingkat konstipasi atau sembelit”
Obstipasiberasaldaribahasa Latin Obberartiin the way = perjalanandanStipare yang berartito compress = menekan .Secaraistilahobstipasiadalahbentukkonstipasiparahdimanabiasanyadisebabkanolehterhalangnyapergerakanfesesdalamususbesar(adanyaobstruksiusus).
Secaraumum, Obstipasiadalahpengeluaranmekoniumtidakterjadipada 24 jam pertamasesudahkelahiranataukesulitanatauketerlambatanpadafaeces yang menyangkutkonsistensifaecesdanfrekuensiberhajat. Sedangkanpadaneonatuslanjutdidefinisikansebagaitidakadanyapengeluaranfesesselama 3 hari/lebih.
Ada beberapavariasipadakebiasaanbuang air besar yang normal.Lebihdari 90% bayibarulahirakanmengeluarkanmekoniumdalam 24 jam pertama, sedangkansisanyaakanmengeluarkanmekoniumdalam 36 jam pertamakelahiran. Jikahalinitidahterjadi, makaharusdipikirkanadanyaobstipasi. Akan tetapi, harusdiingatbahwaketidakteraturandefekasibukanlahsuatuobstipasikarenapadabayi yang menyusudapatterjadikeadaantanpadefekasiselama 5-7 haridantidakmenunjukkanadanyagangguanfeseskarenafesesakandikeluarkandalamjumlah yang banyaksewaktudefekasi. Hal inimasihdikatakan normal.

B.       Jenis-jenis obstipasi
Obstipasiada 2 macam :
1.      Obstipasi  Total
Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapat rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
2.      Obstipasi  Parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari, tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.

C.       Etiologi
Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
1.      Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus.
2.      Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
3.      Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
4.      Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.
D.       Tanda dan gejala
Tanda dan gejala obstipasi disebabkan oleh :
1.      Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
2.      Sakit dan kejang pada perut.
3.      Bayi sering menangis.
4.      Susah tidur dan gelisah.
5.      Kadang-kadang muntah.
6.      Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak berkontraksi).
7.      Bayi susah/tidak mau menyusui.
8.      Bising usus yang janggal.

E.       Patofisiologi dan patogenesis
Padakeadaan normal sebagianbesarrektumdalamkeadaankosong, kecualibilaadarefleksmasadarikolon yang mendorongfeseskedalamrektum yang terjadisekaliataudua kali sehari.Hal tersebutmemberikanstimulasipadaarkusaferendarirefleksdefekasi.Denganadanyastimulasipadaarkusaferentersebutakanmenyebabkankontraksiototdinding abdomen sehinggaterjadilahdefekasi.
Mekanismeusus yang normal terdiriatas 3 faktor, yaitusebagaiberikut :
a.       Asupan cairan yang adekuat.
b.      Kegiatan fisik dan mental.
c.       Jumlah asupan makanan berserat.

Dalamkeadaan normal, ketikabahanmakanan yang akandicernamemasukikolon, air daneletrolitdiabsorbsimelewatimembranpenyerapan. Penyerapantersebutberakibatpadaperubahanbentukfeses, daribentukcairmenjadibahan yang lunakdanberbentuk.Ketikafesesmelewatirektum, fesesmenekandindingrektumdanmerangsangdefekasi.
Apabilabayitidakmengkonsumsi ASI (cairan) secaraadekuat, produksidaripencernaanlebihkeringdanpadat, sertatidakdapatdengansegeradigerakkanolehgerakanperistaltikmenujurektum, sehinggapenyerapanterjaditerus-meneerusdanfesesmenjadisemakinkering, padatdansusahdikeluarkan, sertamenimbulkan rasa sakit. Ini yang menyebabkabbayitidakbisa BAB danakanmenyebabkankemungkinanberkembangnyaluka. Proses dapatterjadibilamenurunperistaltikususdsb. Hal tersebutmenyebabkansisametabolismeberjalanlambat yang kemungkinanakanterjadipenyerapan air yang berlebihan.
Bahanmakananberseratsangatdibutuhkanuntukmerangsangperistaltikususdanpergerakan normal darimetabolismedalamsalurancernamenujukesaluran yang lebihbesar.Sumbatanpadaususdapatjugamenyebabkabobstipasi.

F.        Komplikasi
Komplikasi yang terjadipadapenderitaobstipasiadalahsebagaiberikut :
a.       Perdarahan
b.      Ulserasi
c.       Obstruksi parsial      : Memilikiciripasientidakdapatbuang air besarselamabeberapaharitetapikemudiandapatmengeluarkanfesesdisertai gas. Keadaanobstruksiparsialkurangdaruratdaripadaobstruksi total.
d.      Diare intermiten(hilang-timbul)
e.       Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rektum yang mengawali proses defekasi.

G.       Diagnosa Obstipasi
Obstipasi didiagnosa melalui cara:
1.      Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial. Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma. Anamnesis juga digunakan untuk Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial.
Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam akan riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.

2.      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum.

3.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi yang menderita obstipasi adalah :
·         Pemeriksaan Hb
·         Pemeriksaan Urine
·         Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.

4.      Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.

5.      Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi.

H.    Penatalaksanaan
Penatalaksanan yang dilakukan adalah :
a.       Mencari penyebab obstipasi
b.      Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan cairan, dan psikis.
c.       Pengosongan rektum jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosonganrektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, obat-obatan dan laksatif.
d.      Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat, buah-buahan dan sayur-sayuran.
e.       Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja.
f.       Peningkatan intake cairan.
g.      Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.

Penatalaksanaan Pengobatan  Obstipasi
1.      Perawatan medis
Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit.
2.      Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakiabtkan perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang besar.


3.      Diet
Pada obstruksi total dianjuran tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapat diberikan makanan cair dan obat-obatan





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Konstipasi merupakan salah satu bentuk gangguan percernaan dimana individu mengalami perubahan dalam kebiasaan defekasi normal yang dikarakteristikan dengan penurunan frekuensi dan atan pengeluaran feses yang keras dan kering. Salah satu bentuk konstipasi yaitu obstipasi yang merupakan konstipasi akibat obstruksi lumen usus. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut. Obstipasi dapat didiagnosis secara klinis. Penanganan obstipasi dapat dilakukan dengan cara medis, operasi, maupun diet.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar